Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dustin dan Marshel, di Antara Penginspirasi Generasi Masa Kini

12 Juli 2020   15:25 Diperbarui: 12 Juli 2020   15:17 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dustin dan Marshel menjadi idola baru masa kini. Gambar: diolah dari Twitter/DustinGeinbee dan Suara.com

Seiring berjalannya waktu tidak hanya soal gaya hidup kita yang berubah--awalnya konvensional menjadi serba digital, namun juga soal siapa dan apa yang kita sukai. Seperti sebelumnya kita suka dengan musik pop-western, kini mulai dominan ke K-POP.

Sebelumnya kita menganggap Westlife dan NSYNC adalah boyband paling wajib digandrungi. Setelahnya kita mulai harus mengakui sinar baru yang diberikan oleh Super Junior, BIG BANG, hingga tongkat estafet dipegang oleh BTS, Seventeen, dan lainnya.

Begitu pun dengan beralihnya kegandrungan terhadap M2M dan Spice Girls menuju ke SNSD, 2NE1, hingga sekarang ada Blackpink, Twice, Red Velvet, dan lainnya. Artinya, kita akan mengenali idola-idola baru. Kehadiran mereka juga sesuai dengan keadaan yang pasti ada perubahan, alias mengikuti perkembangan selera.

Di dunia hiburan Indonesia juga demikian. Dulu, kita mengenal dan terinspirasi oleh kehadiran Ari Wibowo, Primus Yustisio, Syahrul Gunawan, dan Anjasmara. Kalau perempuan ada Jihan Fahira, Dian Nitami, Maudy Koesnaedi, Nafa Urbach, dan lainnya.

Di bidang komedian, kita juga akan lebih menggandrungi Benyamin Sueb, Warkop DKI, Srimulat, dan lainnya. Seiring berjalannya waktu, kita mulai familiar dengan Sule, Nunung, Parto Patrio, Komeng dan lain-lain.

Menariknya, peralihan era di bidang komedian terlihat cukup cepat. Ini tak lepas dari keberadaan kontes pencarian bakat di bidang komedi, seperti Stand up Comedy. Keberadaan ajang itu seperti dengan adanya ajang pencarian bakat penyanyi solo, kontes-kontes itu akan mendorong banyak talenta untuk menjadi idola baru.


Ini pula yang membuat sinar band seiring berjalannya waktu menjadi kurang sebenderang saat ada Slank, Jamrud, Peterpan, ST12, Kangen Band, dan lainnya. Kini kecenderungannya adalah menampilkan para soloist, seperti Tulus, Kunto Aji, dan Andmesh.

Bukan suatu kesalahan, karena memang inilah yang tak bisa dihindari. Kita pun lebih familiar dengan istilah girlband dan boyband dibandingkan groupband yang dulunya sangat powerfull.

Ini juga terjadi di bidang komedian. Dulu kita akrab dengan grup lawak seperti Warkop DKI, Srimulat, Bagito, Patrio, Cagur, hingga Bajaj. Namun, kini kita lebih mengenal individunya, seperti Raditya Dika, Pandji Pragiwaksono, Arie Kriting, Dodit Mulyanto, dan masih banyak lagi.

Bahkan, ketika kita melihat adanya komedian di sebuah acara di tv maupun di film, maka kita sudah dapat menebak jika sang komedian adalah jebolan stand up comedy. Memang kehadiran mereka nyaris tak beda jauh dengan adanya Komeng, Opie Kumis, dan lainnya.

Marshel salah satu dari sekian stand up comedy-an yang mulai mendapatkan tempat di tv nasional. Gambar: Twitter/Tonightshow_NET
Marshel salah satu dari sekian stand up comedy-an yang mulai mendapatkan tempat di tv nasional. Gambar: Twitter/Tonightshow_NET
Namun yang membedakan adalah para alumni stand up comedy sudah bersolo karir sejak awal menjejak panggung hiburan nasional. Sedangkan para seniornya biasanya baru bersolo karir ketika sudah matang.

Inilah yang membuat masyarakat penonton dan penggemar langsung terarahkan untuk memilih sosok yang dapat diidolakan, meski para idola itu masih sedang mencari identitas di ranah hiburan. Keadaan ini membuat masyarakat tidak lagi harus repot untuk melihat performa yang terintegrasi antara satu sosok dengan sosok lain.

Ini yang membedakan penonton acara komedi yang dibawakan Cagur dan Bajaj di tahun 2000-an akhir/2010-an awal dengan acara talkshow masa kini yang sudah mulai melibatkan alumni stand up comedy-an atau para komedian soloist. Ambil contoh Dustin Tiffany dan Marshel Widianto.

Khusus untuk Dustin, kita perlu tahu bahwa dirinya tidak berangkat dari stand up comedy. Namun karena dia berada di lingkaran para komedian seperti Choki Pardede dan Tretan Muslim di Majelis Lucu Indonesia (MLI), maka tak mengherankan jika dirinya sudah terbangun image sebagai komedian.

Dustin semakin dikenal sejak sering muncul di konten Youtube. Gambar: Instagram/jhonsss24 via Merdeka
Dustin semakin dikenal sejak sering muncul di konten Youtube. Gambar: Instagram/jhonsss24 via Merdeka
Apa yang ditampilkan Dustin di dunia hiburan kemudian menarik perhatian masyarakat penonton. Dirinya yang memang dibekali hardskill yang salah satunya adalah seni rupa, maka tak begitu terlihat kesulitan untuk dapat mengeksplorasi kemampuannya dalam menghibur penonton.

Hanya, satu hal yang pasti terjadi adalah adaptasi. Tidak hanya Dustin yang harus adaptasi dengan konsep di media hiburannya baik Youtube atau tv, namun juga masyarakat penonton. Masyarakat juga perlu beradaptasi dengan cara Dustin dalam menghibur pemirsanya.

Tentu kita tidak bisa mengharapkan Dustin harus seperti Sule, Cak Lontong, atau Tukul Arwana. Dustin harus menghadirkan warna baru, warna yang sesuai dengan zaman sekarang.

Mengingat zaman sekarang sudah sangat familiar dengan hardskill, maka tak akan mengejutkan jika seorang Dustin juga menampilkan kelebihannya selain mengeluarkan kata-kata absurd-nya. Inilah yang membuat kita seolah diberikan petunjuk, bahwa untuk menjadi sosok yang ada di layar kaca maupun layar digital sangat diperlukan bekal yang istimewa dan sesuai kebutuhan zaman.

Hal ini juga berlaku dalam melihat sosok bernama Marshel. Memang, kehadirannya cukup klise jika kita pernah melihat sebuah acara talkshow yang diisi oleh sebagian besar alumni stand up comedy-an.

Namun, yang menjadi keistimewaan dari Marshel adalah keberaniannya untuk masuk ke lingkaran yang berbeda. Tentu kita tahu bahwa Marshel harus bekerja sama dengan Vincent Rompies, Deddy Mahendra Desta, Hesti Purwadinata, dan Enzy Storia.

Di situ tidak ada satu pun alumni stand up comedy--dulu sempat ada Chandra. Bahkan, era pertumbuhan dan perkembangan karier Vincent dan Desta adalah eranya presenter musik yang (nyaris) selalu menjadi jembatan untuk menembus dunia hiburan Indonesia.

Hesti saat itu menjadi host sport7 via twitter.com/sport7trans7
Hesti saat itu menjadi host sport7 via twitter.com/sport7trans7
Sama halnya dengan Hesti yang malah harus bekerja di koridor yang lebih serius, yaitu presenter olahraga dan modelling. Beruntung dia dapat adaptif dengan gaya presenting duet Vindes. Ini yang membuatnya menjadi contoh tepat bagi Enzy ketika harus memberi warna segar di acara talkshow tersebut.

Apa yang terjadi pada Enzy kemudian berpindah ke Marshel. Bedanya, Marshel hadir dengan membawa konsep, yaitu stand up comedy. Suatu hal yang pernah dicoba dengan adanya Chandra.

Gimmick bromance ini awalnya sangat sering diandalkan oleh Tonightshow. Gambar: Twitter/Tonightshow_NET
Gimmick bromance ini awalnya sangat sering diandalkan oleh Tonightshow. Gambar: Twitter/Tonightshow_NET
Namun, konsep itu sempat terlihat kurang tepat. Akhirnya duet Vindes berupaya memaksimalkan kreativitas dan spontanitas keduanya dalam menghibur pemirsa.

Bukannya konsep stand up dalam talkshow itu tidak bagus, namun terkadang konsep stand up terlihat kurang bisa membaur dengan situasi. Contohnya, jika situasinya sedang mati lampu, belum tentu materi yang dibawakan akan segera dapat menyinggung tentang mati lampu.

Namun, satu hal yang membuat kita perlu respek terhadap stand up comedy-an adalah bagaimana mereka selalu berupaya mempersiapkan segala sesuatu dengan maksimal. Tentang apakah hasilnya gagal atau berhasil, itu urusan belakang.

Hal ini yang membuat mentalitas stand up comedy-an cukup terasah. Salah satunya juga dapat dilihat dari Marshel. Dia hadir sebagai warna baru di sebuah acara talkshow yang pindah jam tayang sekaligus berupaya merubah konsep.

Konsep stand up comedy pernah hadir pada 2015 dengan dibawakan oleh Chandra. Gambar: Twitter/Tonightshow_NET
Konsep stand up comedy pernah hadir pada 2015 dengan dibawakan oleh Chandra. Gambar: Twitter/Tonightshow_NET
Kehadirannya memang sempat terlihat kurang berhasil alias seperti yang dialami Chandra. Namun, seiring berjalannya waktu konsep yang dibawakan Marshel mulai menyatu dengan konsep talkshow tersebut.

Memang, ini masih terlalu cepat untuk memuji progres dari upaya Marshel di acara tersebut. Namun, apa yang dia perlihatkan bisa menjadi salah satu contoh dari yang namanya proses. Seperti memasak mie instan yang masih perlu beberapa menit untuk merebus air dan mienya.

Begitu pun dengan keberadaan Marshel dan Dustin di layar hiburan Indonesia masa kini. Merekalah yang nantinya menjadi di antara idola baru sekaligus inspirasi baru untuk generasi muda masa kini yang tentunya diharapkan memiliki dua hal yang dibawa oleh Dustin dan Marshel, yaitu kreativitas dan mentalitas.

Kreativitas dapat dilihat dari kemampuan mereka masing-masing. Di sini Dustin memberikan nilai lebihnya dalam hal kreativitas. Sedangkan mentalitas cukup menonjol diperlihatkan oleh Marshel yang memang berangkat dari bawah--sebagai penonton bayaran--untuk menembus panggung hiburan nasional.

Kritik memang tidak pernah lepas dari kiprah mereka untuk menghibur orang lain. Namun, keduanya tetap memiliki upaya untuk belajar dan bertahan. Apa yang mereka lakukan adalah untuk menunjukkan bahwa semua yang dapat dicapai di dunia hiburan juga sangat butuh kerja keras dan adaptasi.

Jadi, selamat berkarya, Dustin dan Marshel! Semoga lika-liku perjalanan karier kalian bisa menginspirasi generasi muda masa kini.

Malang, 7-12 Juli 2020

Deddy Husein S.

Terkait:

Kompas, Brillio, Wikipedia, Merdeka 1, Merdeka 2.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun