Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Seandainya Barcelona Tidak Menyaingi Keglamoran Real Madrid

30 Mei 2020   06:17 Diperbarui: 30 Mei 2020   12:03 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Barcelona juga mulai disponsori brand komersial, tidak lagi memamerkan UNICEF di jersey depannya. Gambar: Antara/AFP/Josep Lago

Barcelona memang beruntung ketika Lionel Messi merupakan pemain yang tumbuh, berkembang hingga mapan di Camp Nou. Namun, seiring berjalannya waktu, Barcelona sangat bergantung pada Messi.

Imbasnya tidak hanya pada teknik di lapangan, namun juga di finansial serta pola kerja Barcelona di masa kini. Kita bisa bandingkan dengan Barcelona di masa sebelumnya, atau saat Messi masih sangat muda, 2009.

Saat itu, Messi ada di final Liga Champions dan bertemu dengan Manchester United yang masih ada Cristiano Ronaldo. Skuad Barcelona memang tak sepenuhnya tanpa transfer, namun di starting line-up, terdapat 7 pemain yang alumni akademi La Masia, belum lagi di bangku cadangan.

Seremoni keberhasilan alumni La Masia. Gambar: 90min.com
Seremoni keberhasilan alumni La Masia. Gambar: 90min.com
Berbeda dengan di final UCL 2015, stok alumni La Masia yang mengisi starting line-up mulai berkurang--menjadi 5 pemain. Pedro sudah tergeser oleh Neymar, juga Xavi yang tak ada penerus. Jatah pemain tengah untuk alumni La Masia mulai tergerus seiring dengan menuanya Andres Iniesta.

Namun, situasi final terakhir Barcelona itu masih cukup mending jika dibandingkan semifinal Liga Champions 2019--sebenarnya masih ada 5 pemain alumni La Masia--saat bertemu dengan Liverpool. Barcelona di situ mulai bertumpu dengan kekuatan impor--di lini tengah dan depan--yang tentunya gajinya tak kecil.

Butuh loyalitas tinggi bagi pemain dari La Masia, selain kualitas, untuk memperoleh gaji tinggi. Berbeda dengan pemain pendatang yang memang harus menggaransi kualitas sejak awal kedatangan dan membuat Barcelona ikhlas menggaji mahal. Ivan Rakitic salah satunya.

Musim 2015 pula menjadi awal dari lonjakan kencang Barcelona untuk berbelanja pemain dan berbanderol mahal. Sejak merasakan dampak dari kehadiran Neymar dan Luis Suarez, Barcelona seolah kecanduan untuk berbelanja pemain yang sudah jadi.

Sebenarnya situasi ini sudah ada sejak musim 2006, ataupun 2009, ketika mereka menikmati perkembangan kualitas dari Samuel Eto'o dan Ronaldinho. Sedangkan Thierry Henry menjadi pelengkap bintang yang dimiliki Barcelona.

Di sini kita bisa melihat bahwa Barcelona menumpuk bintang secara bertahap, tidak secara cepat seperti yang dilakukan Real Madrid. Tentu kita ingat di sebuah bursa transfer yang menggemparkan dunia, karena Real Madrid memboyong dua bintang dan satu pemain muda (Bolaokezone).

Dua bintang itu adalah Ricardo Izeckson Dos Santos Leite atau yang akrab dipanggil Kaka dan tentunya Cristiano Ronaldo. Sedangkan si pemain muda adalah Karim Benzema. Bahkan, tak lama kemudian Mesut Ozil hadir bersama Sami Khedira, lalu disusul Toni Kroos. Luar biasa!

Tetapi Real Madrid tak sepenuhnya dominan. Butuh waktu lama untuk membuat Real Madrid mampu kembali juara Liga Champions--dan beruntun--termasuk (berupaya) konsisten menjuarai La Liga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun