Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Cita-cita Anak dan Harapan Orangtua

24 September 2019   19:24 Diperbarui: 24 September 2019   19:37 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sinkronisasi antara peran orangtua dan cita-cita anak. (Thumbnail/DeddyLimabelas/Youtube)

Setelah event Samber THR (saat Ramadan) yang pernah terdapat selipan challenge untuk Kompasianers dalam membuat video dan diunggah ke Youtube -lalu disematkan ke unggahan di Kompasiana. 

Kini, Kompasiana memberikan kesempatan bagi Kompasianers untuk menghasilkan konten video dan memberikan bonus berupa K-Rewards. Artinya, Kompasiana memberikan wadah plus apresiasi terhadap konten video yang diunggah di Kompasiana.

Lalu, apakah berarti apresiasi itu hanya dan harus berupa K-Rewards?

Antara ya dan tidak. Ya, karena effort menghasilkan video itu hampir tak sebanding dengan menghasilkan tulisan. Karena, proses dasarnya adalah menghasilkan konsep (intelijensi sang kreator), taking (kualitas kamera dan pendukung lainnya), hingga editing (kemampuan dan kreativitas mengedit video). 

Di sini perihal teknik sangat diperhitungkan. Berbeda dengan menulis, yang bisa dilakukan dengan (hanya) proses berpikir dan menulis. Bahkan, soal revisi hasil tulisan terkadang tidak jarang untuk diabaikan.

Jujur saja, alasan saya untuk sebulan lebih ini tidak mengunggah konten di channel Youtube saya, karena perihal waktu yang harus digunakan dalam menghasilkan satu video yang (terasa) tidak sebanding dengan upaya saya menghasilkan dua-tiga tulisan -walau tulisan tersebut tidak harus berada dalam level/jenis yang sama. 

Sedangkan untuk video, selevel amatir pun (seperti saya) masih harus menghasilkan tampilan video yang setidaknya masih layak untuk ditonton. Entah dari topik yang diangkat ataupun teknik bermain visual -walau saat ini masih menggunakan teknik yang amat sederhana.

Namun, di sisi lain, saya berpikir bahwa mengapresiasi konten video di Kompasiana juga tidak harus dengan K-Rewards. Asalkan dapat memperoleh sematan Pilihan/Highlight, maka konten tersebut akan terasa mendapatkan apresaisi dari editor Kompasiana.

Namun, berbicara sematan tersebut tentu juga harus dipertimbangkan dari seberapa menarik (dan bermanfaat) konten tersebut untuk menjadi salah satu konten yang berada di jajaran layak klik di Kompasiana.

Terlepas dari itu, saya saat ini mencoba untuk memanfaatkan kesempatan ini untuk mengenalkan salah satu konten yang saya buat di channel saya beberapa waktu lalu. Konten ini berada di playlist "Slice of Life", karena memang sangat berkaitan erat dengan situasi kehidupan yang seringkali dirasakan oleh siapa saja.

Konten ini berjudul "Hidup di antara Harapan Orangtua dan Cita-Cita Anak". Ada alasan bagi saya untuk mengenalkan konten ini kepada Kompasianers dan pembaca umum yang biasanya mampir ke laman tulisan saya di Kompasiana ini.

Pertama, karena konten ini sangat kontekstual dengan film yang kemarin sempat diperbincangkan, yaitu film "Chrisye". Di film itu terdapat kisah yang mengungkapkan tentang hubungan yang baik antara Chrisye dengan ayahnya dalam menentukan apa yang dapat dilakukan Chrisye muda. Yaitu, pilihan untuk menjadi musisi ketika dirinya dilahirkan dalam lingkungan birokratif dengan latar belakang yang dimiliki sang ayah.

Walau terlihat bertolak-belakang, namun terbukti bahwa pilihan Chrisye tidak salah dan dia juga mendapatkan dukungan dari sang ayah. Tentunya, kisah semacam ini seperti oase di padang rumput. 

Seolah menjadi seniman seringkali diidentikkan pada tentangan dari orang-orang di sekeliling, khususnya dari orangtua. Karena, memang patut diakui bahwa menjadi seniman sangat butuh kesabaran tingkat tinggi agar dapat mencapai titik idealnya. Bahkan, dengan kondisi Indonesia yang seringkali tak kondusif dalam mengapresiasi karya-karya seniman, maka tak mengherankan jika menjadi seniman adalah suatu hal yang berat.

Saya pun sebenarnya mengakui hal tersebut -walau saya bukan seniman. Namun, di sisi lain, saya tidak dapat menyalahkan juga tentang apa yang dilakukan oleh para orangtua. Mengapa? Pertanyaan ini akan terjawab tuntas di video tersebut.

Statistik video sampai sore ini (24/9). (Dokpri/YoutubeStudio)
Statistik video sampai sore ini (24/9). (Dokpri/YoutubeStudio)
Lalu, beralih pada perihal kedua. Yaitu, tentang pencapaian viewers terbanyak di jenis konten SoL dengan 73 kali ditonton. Memang terasa sedikit sekali, namun bagi saya ini sudah cukup bagus. Apalagi saya memang tidak banyak mempublikasikannya -hanya saya sebarkan di jaringan pertemanan saja. 

Begitu pula dalam hal tanggapan, yang mana ada penonton yang menanggapi konten ini dengan pengalaman mereka. Bagi seorang kreator semi amatir, tentu ini adalah sokongan yang luar biasa penting.

Faktor ketiga adalah konten ini related dengan situasi sosial masyarakat Indonesia. Bahkan, bisa dikatakan bahwa kisah hidup antara orangtua dan anak dalam hal menentukan masa depan adalah praktik sosial yang tak akan lekang oleh waktu. Karena, kapan pun kita akan berbicara tentang cita-cita ketika kita masih menjadi anak. Begitu pula ketika kita menjadi orangtua, maka kita pasti akan memiliki harapan bahwa si anak nanti akan menjadi apa.

Walau kebanyakan harapan orangtua itu tak terungkap secara langsung, namun melalui pola mereka dalam mengarahkan anaknya, termasuk mengenalkan "dunia-dunia" kepada anaknya, itu sudah dapat diketahui bagaimana orangtua itu menaruh harapan. Dari sinilah kemudian antara si anak dan orangtua akan memiliki gejolak-gejolak. Karena, tidak jarang apa yang dilakukan dan diharapkan orangtua tak sejalan dengan apa yang diinginkan oleh anaknya.

Dari gambaran ini saya harap dapat mengantarkan Kompasianers untuk menonton video ini secara tuntas dan menemukan jawaban-jawaban yang mungkin selama ini dipertanyakan. Oya, apabila video ini terasa lama dan bertempo lambat, bisa di-setting ke mode cepat (1,25x). Namun, harus ditonton di laman Youtube agar fitur tersebut tersedia. Selamat menonton!

Malang, 24 September 2019
Deddy Husein S.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun