Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tiga Tips Membaca Artikel Panjang

9 September 2019   12:48 Diperbarui: 9 September 2019   13:24 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi banyak membaca. (Popbela.com)

Ilustrasi banyak membaca. (Popbela.com)
Ilustrasi banyak membaca. (Popbela.com)

Bahkan, secara judul saja, terkadang beberapa pembaca dapat (langsung) menerima dan menolak artikel tersebut. Karena, tidak dapat dipungkiri bahwa rekam jejak membacanya dapat membuat pembaca tersebut cenderung berani berspekulasi terhadap apa isi dari artikel tersebut tanpa harus membacanya (dan tuntas). Maka, tidak mengherankan jika ada istilah "sudah menilai tapi belum melihat".

Ini tentunya masih di ranah hak prerogatif pembaca. Siapa yang bisa melarang?
Maka dari itu, ada satu hal yang dapat mendorong pembaca untuk tidak menduga-duga isi artikel tersebut berdasarkan judul. Yaitu, semangat untuk ingin tahu segalanya. Ini tidak hanya manjur untuk mendorong pembaca dalam membuka artikel tersebut melainkan juga membacanya sampai tuntas.


Jadi, sudahkah kita memiliki semangat untuk mengetahui segalanya?

Ilustrasi membaca artikel. (Futureloka.com)
Ilustrasi membaca artikel. (Futureloka.com)

Tip terakhir atau ketiga, tidak segera mengambil kesimpulan sebelum menuntaskan bacaannya pada artikel tersebut. Ini sebenarnya sudah tersinggung di tip kedua. Dikarenakan memang antara tip kedua dan ketiga terjalin semacam sebab-akibat. Ketika alur tulisan sedikit acak ataupun tulisan yang disajikan terlalu melebar ke mana-mana, maka yang terjadi pada pembaca adalah mencoba untuk segera mengambil kesimpulan agar segera tuntas dalam membacanya.

Contoh artikel 2: Neno Anderias/Kompasiana


Namun, tuntas di sini bukan karena sudah membaca sampai paragraf terakhir (tanpa meloncat dari halaman pertama ke halaman terakhir), melainkan karena dituntaskan sendiri sebelum proses membacanya menyentuh paragraf terakhir. Tindakan ini sebenarnya bukan sebuah rahasia. Karena, kemungkinan para pembaca pernah melakukan hal ini dengan berbagai alasan.

Salah satunya tentu adalah alur bacaan yang terasa kurang "normal" bagi pembaca tersebut. Sehingga, cara yang paling aman agar tidak terkesan buang-buang waktu (alasan yang sering digemakan) adalah dengan segera mencukupkan proses membacanya dan mengambil kesimpulannya -dari pemikirannya sendiri.

Apabila, paragraf terakhir yang identik dengan kisi-kisi kesimpulan dari penulis memang selaras dengan paragraf-paragraf awal, itu tidak akan menjadi permasalahan besar. Namun, bagaimana jika antara paragraf awal dan akhir tidak begitu sinkron karena penulisnya mencoba mengulas dari dua sisi yang berbeda? Itulah yang menjadi persoalan, karena pembaca tidak akan mengetahui alasan di balik ketidaksinkronan itu ketika tidak membacanya secara menyeluruh.

Belum lagi, jika unsur-unsur di dalam tulisan itu mengambil lebih dari dua topik yang semuanya memiliki muara argumentasi yang berbeda-beda. Maka, akan menjadi sesat jika pembacanya tidak membaca ulasan pada artikel itu secara menyeluruh. Karena, dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang diambil pembaca akan (sangat) berbeda dari penulisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun