Mohon tunggu...
Deddy Febrianto Holo
Deddy Febrianto Holo Mohon Tunggu... Administrasi - Warga Tana Humba

Nda Humba Lila Mohu Akama "Kami Bukan Sumba Yang Menuju Pada Kemusnahan".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Mama-mama Sumba Taklukkan Teknologi Kartografi demi Proteksi Wilayah Adat

25 Januari 2018   16:00 Diperbarui: 27 Januari 2018   22:49 1903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemetaan Partisipatif menggunakan GIS di Desa Doka Kaka Kampung Tebera, Sumba Barat (Dok.Pribadi)

Pemetaan partisipatif wilayah adat merupakan alat untuk memperjelas hak masyarakat adat atas tanah terkait dengan masalah tenure atau klaim dari pihak luar seperti perusahaan yang mengantongi perizinan untuk memanfaatkan tanah. Dengan pemetaan partisipatif ini, juga dapat menunjukkan hubungan masyarakat dengan tanah, bagaimana sejarah keberadaan masyarakat di wilayah itu, sehingga dengan proses pemetaan partisipatif ini semakin membuka pikiran masyarakat mengenai pengelolaan wilayah adat mereka.

Dengan demikian, penguasaan teknis pemetaan partisipatif menjadi sangat penting bagi masyarakat adat, baik laki-laki maupun perempuan. Karena itulah, diselenggarakan lah pelatihan pemetaan wilayah adat, Kegiatan Pemetaan Partisipatif, yang dilakukan oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) wilayah Sumba di Kabupaten Sumba Barat Desa Doka Kaka, kampung Tabera yang juga melibatkan perempuan adat dari berbagai komunitas adat yang ada di wilayah Sumba.

Dalam pelatihan ini, AMAN memperkenalkan motode dan teknis serta alur proses pemetaan partisipatif itu dilakukan di masing-masing wilayah adatnya nanti, salah satunya adalah metode perencanaan sampai pada pengambilan data di lapangan menggunakan teknologi canggih seperti Global Positioning System (GPS).

Hari ini perempuan adat Sumba bukan saja sebagai ibu rumah tangga yang mengurus urusan domestik rumah tangga seperti makan dan minum keluarganya. Perempuan adat Sumba juga ikut dalam proses perencanaan, survei, sosialisasi, dan pengumpulan data di lapangan dalam proses pemetaan partisipatif wilayah adat.

Meski karakteristik budaya Sumba yang begitu kental dengan pranata sosialnya, tidak melunturkan semangat mama-mama Sumba untuk lebih jauh mengenal teknologi kartografi dalam proses pemetaan wilayah adat.

Sebagaimana diungkapkan oleh Yublina Maru, salah satu perempuan adat yang ikut dalam pelatihan Training of Trainer (ToT) dari komunitas adat Tabera menyampaikan bahwa perempuan adat Sumba saat ini sudah bergerak melakukan upaya-upaya pelestarian budaya dan kearifan lokal yang ada di Pulau Sumba.

Lebih lanjut disampikan Eti M. Rambu, menyatakan bahwa teknologi kartografi yang diperkenalkan oleh AMAN merupakan hal yang tidak pernah kami jumpai atau kenal sebelumnya, ini merupakan tantangan bagi kami khususnya perempuan adat Sumba untuk mengetahui segalanya dalam proses pemetaan partisipatif. 

Eti menjelaskan bahwa di kampung kami sangat sulit menentukan batas-batas wilayah adat kami, hal ini dikarenakan terbatasnya Sumber Daya Manusia, apa lagi kami belum mengetahui apa itu GPS dan bagaimana cara menggunakannya. Ia manambahkan, "Kami sangat senang bisa mengetahui proses pemetaan dan secara langsung juga mengaplikasikan teknologi pendukung pemetaan seperti saat ini. Kami perempuan adat Sumba diajari bagaimana menggunakan GPS dan menentukan titik kordianat, awalnya kami merasa asing dengan teknologi GPS ini karena begitu banyak kesulitan yang kami dapati, namun semuanya itu bukan menjadi penghalang bagi kami perempuan adat Sumba untuk terus belajar".

"Awalnya. kami diberikan materi terkait dengan proses pemetaan menggunakan GPS oleh fasilitator AMAN, mekanisme dan bagaimana menentukan titik kordinat (letak, alamat) wilayah adat menjadi hal pertama yang kami lakukan. Memulai dari halaman Kampung Tabera, saya dan perempuan adat lainnya mulai bergerak sambil terus mengamati GPS yang kami pegang dengan dampingan fasilitator," ujar Margareta Peda, perempuan adat asal Sumba dari Komunitas Totok Kalada.

Semangat mempelajari teknologi baru yang berbeda jauh dengan penggunaan sehari-hari (Dok.Pribadi)
Semangat mempelajari teknologi baru yang berbeda jauh dengan penggunaan sehari-hari (Dok.Pribadi)
"Kami berjalan menyusuri setiap jalan di kampung Tabera sambil mendengarkan arahan fasilitator AMAN pada titik mana kami harus berhenti dan menggunakan GPS sekaligus mencatatnya di buku yang sudah kami siapkan, yang memang angka-angkanya sangat banyak, namun berkat arahan yang baik kami mampu melakukannya dengan baik walau ada beberapa kesalahan," Margareta menambahkan keterangannya.

Meski rata-rata perempuan adat Sumba yang mengikuti pelatihan kali ini merasa asing dengan teknologi digital ini, karena baru pertama kali mengenal GPS. Bahkan teknologi ini sangat berbeda sekali dengan apa yang mereka lakukan sehari-hari sebagai perempuan adat Sumba, namun tidak menyurutkan semangat mereka untuk menaklukkan penggunakan GPS agar dapat berperan serta aktif dalam pemetaan partisipatif wilayah adat, untuk bisa mengetahui batas dan letak wilayah adat, khususnya di Sumba.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun