Â
Di sisi lain, Rani juga merasakan getaran cinta yang sama pada  Joni.
Setiap kali  melewati bengkel Joni, ia merasa terpesona dengan aura magis yang terpancar dari setiap lukisan Joni.
Ia pun merasa tokoh-tokoh dalam novelnya hidup dalam lukisan, dan setiap saat ia merasa terhubung dengan dunia  kreativitas dan imajinasi Joni.
Namun..
meski cinta mereka tampak begitu nyata, mereka berdua memilih  membiarkan cinta itu berkuasa di  hati mereka tanpa berusaha untuk memiliki satu sama lain.
Seolah mereka hanya menikmati momen -- momen di saat mereka saling pandang, saling senyum, tanpa mereka wujudkan sebagai ikatan resmi.
 Beberapa bulan kemudian, Rani tak pernah terlihat lagi. Tak tampak lagi seorang gadis cantik yang selalu tersenyum di depan bengkel Joni. Ternyata Rani telah menikah. Dia di jodohkan orang tuanya dan di bawa ke rumah suaminya di luar kota.
Ooo.. jadi ini mungkin yang menjadikan Joni atau pun Rani tak pernah mengucapkan cinta. Â Karena Joni tahu akan hal perjodohan ini. Karena itu mereka hanya menikmati saat-saat bersama, mungkin selagi bisa bersama.
Joni tahu bahwa cinta itu tidak wajib bersanding.. Dia paham bahwa mencintai seseorang tidak selalu berarti harus memilikinya.
Mereka menyadari bahwa cinta sejati tidak selalu berarti kebersamaan secara fisik. Mereka memilih untuk menghargai kehadiran orang lain dalam hidupnya tanpa meski itu terasa menyesakkan.