Mohon tunggu...
Deddy K. Sandi
Deddy K. Sandi Mohon Tunggu... -

Orang kecil, tidak suka politik, senang membaca dan belajar I'm Dyren97@gmail/yahoo/hotmail/skype/crawler/4shared/twitter/youtube/aol.. etc

Selanjutnya

Tutup

Drama Artikel Utama

Kertas Penuh Luka [ECR#4]

21 Juli 2012   09:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:44 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Terekam.tumblr.com

[caption id="" align="aligncenter" width="461" caption="Sumber : Klik Gambar untuk mengetahui sumber"][/caption]

Pak Yayok dan mas Hans ke rumah sakit menggunakan Ambulan dimana Firman terbaring. Banyak peralatan medis ditempelkan pada tubuhnya. Pak Yayok duduk di dekat pembaringan Firman,  seorang tenaga medis memperhatikan tekanan oksigen dan labuh infus yang tergantung. Sementara mas Hans duduk di depan Ambulan, bersama supir dan seorang dari pihak rumah sakit.

Mommy segera masuk ke dalam rumah, sambil membawa tas ransel Firman, tidak lama setelah Ambulan meninggalkan halaman rumahnya. Warga yang tadinya berkumpul, membubarkan diri dengan membawa pertanyaan dibenak mereka.  Sebagian warga bahkan meragukan Firman terkena serangan jantung, melihat umurnya yang masih muda, sebagian lagi berprasangka mungkin hal tersebut terjadi karena Firman terlalu banyak beban yang terlihat dari kegalauannya.

Sekitar tengah hari, Bunda Enggar berkunjung ke rumah Mommy untuk mengetahui kronologis pingsannya Firman.

"Menurut yang Mommy lihat, bagaimana Firman bisa tiba-tiba pingsan, apakah sebelumnya mukanya terlihat pucat, atau bagaimana ?" Bunda  Enggar mulai bertanya pada Mommy, sambil menikmati Teh Asli hangat buatan Mommy, yang dipetik dari kebun dibelakang rumah Mommy.

"Seingat saya tidak ada yang aneh mbak Enggar. Eh....dia terlihat seperti tertekan pikiran, dia sempat berpamitan hendak pulang ke orang tuanya di Kota Bunga, tapi jelas terlihat berat sekali dia meninggalkan Desa Rangkat" jawab Mommy sambil memperhatikan Bunda Enggar yang menulis di notes


"Oh.. iya mbak Enggar, Firman sepertinya memendam asmara yang dalam pada seseorang di Desa kita, tapi tidak jelas. Dia tidak menyebut nama, tetapi ketika melihat tas, ...eh iya tasnya!!.  Dia nampak sangat sedih setelah melihat tasnya....dia pingsan dengan tas ransel dalam pelukannya"  sambung Mommy, sambil berlari kecil mengambil tas ransel Firman untuk ditunjukkan pada bunda Enggar.

Mommy dan Bunda Enggar pun memperhatikan tas rangsel Firman.

"Mom, itu kok seperti ada bungkus roti, apa tidak sebaiknya kita keluarkan, nanti berjamur kalau kita biarkan disana terlalu lama. Kalau perlu kita berikan pada tetangga yang mau, nanti kita ganti lagi setelah Firman kembali" Bunda Enggar mengusulkan pada Mommy, yang disambut dengan anggukan setuju.

"Mbak...saya ingat, pandangan Firman sempat tertuju pada saku dimana bungkus roti ini terlihat. Eh...mbak  inikan roti Asmarandana buatan Mahar, benerkan mbak ?" tanya Mommy sambil mengeluarkan roti yang ada disaku samping ransel Firman.

"Iya betul, itu roti buatan Mahar. Loh.. kok itu seperti gantungan kunci punya Asih ya?" Bunda Enggar menunjuk pada gantungan yang menempel disaku ransel tempat roti tawar Asmarandana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun