Pernikahan Dini di Probolinggo: Tradisi yang Perlu Diperbarui
Di tengah nuansa religius dan tradisional Probolinggo, pernikahan dini masih menjadi fenomena yang meresahkan. Meski terlihat sebagai hal yang "biasa" di sebagian masyarakat, nyatanya praktik ini menyimpan banyak persoalan serius. Pada tahun 2022, Kabupaten Probolinggo mencatat lebih dari seribu dispensasi nikah untuk anak di bawah umur. Angka ini memang menurun di tahun berikutnya, namun bukan berarti masalahnya selesai. Di beberapa desa, pernikahan muda masih dianggap jalan keluar dari masalah ekonomi atau "solusi" atas kehamilan di luar nikah. "Saya percaya mitos bahwa perempuan yang menikah muda akan cepat kaya," ujar seorang warga di Kecamatan Bantaran, menandai betapa kuatnya pengaruh budaya dan kepercayaan lokal terhadap keputusan besar seperti pernikahan.
Namun, di balik itu semua, dampak buruknya tidak main-main. Banyak remaja perempuan yang harus mengakhiri pendidikan, kehilangan masa muda, bahkan mengalami komplikasi saat hamil dan melahirkan. Ketua Baznas Kabupaten Probolinggo, H. Akhmad Muzammil, menegaskan bahwa pernikahan dini menjadi salah satu penyebab utama kasus stunting dan tingginya angka kematian ibu-anak di wilayah ini. Dalam jangka panjang, ini bukan hanya menyangkut nasib individu, tapi juga kualitas generasi mendatang.
Untungnya, kesadaran mulai tumbuh. MUI Kabupaten Probolinggo menggandeng Baznas dan Kemenag untuk melakukan sosialisasi di daerah rawan seperti Kecamatan Tongas. Organisasi seperti Muslimat NU dan IPNU juga aktif mengedukasi remaja agar tidak terburu-buru menikah. Dr. Abdul Aziz Wahab, Rektor Universitas Islam Zainul Hasan Genggong, pernah berkata, "Pernikahan dini tidak hanya melibatkan dua individu, tetapi juga menyangkut masa depan mereka, pendidikan, kesehatan, serta kesejahteraan generasi yang akan datang."
Kini, tantangannya adalah bagaimana mengubah cara pandang masyarakat. Bahwa menjadi dewasa bukan hanya soal umur, tapi kesiapan mental, ekonomi, dan tanggung jawab. Probolinggo bisa menjadi lebih kuat jika generasi mudanya tumbuh dalam ruang yang sehat dan penuh kesempatan, bukan terjebak dalam pernikahan dini yang memaksa mereka tumbuh terlalu cepat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI