Mohon tunggu...
Fabianus DeBryan
Fabianus DeBryan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Universitas Atma Jaya Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi (2018)

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Menulis di Era Digital: Penulisan Naskah Digital

30 Agustus 2020   09:00 Diperbarui: 3 September 2020   18:33 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan zaman membawa kehidupan manusia ke masa serba digital. Peran penting teknologi yang semakin canggih menjadi bukti bahwa dunia kian berkembang sangat pesat, ditambah ketersediaan akses internet yang semakin mudah juga membuat akses informasi dan komunikasi menjadi semakin luas dan cepat. 

Pada zaman yang serba digital ini semua orang bisa melakukan hal apapun lewat teknologi internet, salah satunya adalah menulis. Kegiatan menulis dari dulu sudah menjadi hal yang umum bagi manusia, wajar saja karena sejak menempuh pendidikan di sekolah dasar semua orang pasti belajar untuk menulis. Menulis pada zamam dahulu dilakukan dengan cara yang konvensional, minimal memerlukan sebuah pensil dan kertas sebagai media penulisan. Namun di era digital ini, penulisan digital belum banyak dilakukan oleh banyak orang.

Saat ini, hampir semua komputer atau bahkan smartphone sudah terkoneksi dengan internet, sehingga membuat orang terhubung dengan cepat dan mudah. Namun tidak semua orang memanfaatkannya untuk hal menulis, padahal pada setiap smartphone atau komputer saat ini telah dibekali dengan alat menulis yang cukup canggih dan mudah digunakan. 

Yang dimaksud penulisan digital tidak hanya tentang mengimplementasikan tulisan pada alat digital yang sudah ada. DeVoss, Aadahl, dan Hicks (2010, h. 4), menjelaskan bahwa digital writing tidak sekedar mempelajari tentang teknologi digital baru dan memadukannya dengan perubahan cara menulis, tetapi tentang bagaimana perubahan dramatis dalam ruang lingkup menulis dan komunikasi dan memahami arti dari menulis, menciptakan, dan membagikan.

Peran institusi pendidikan serta guru atau pendidik didalamnya juga menjadi penting dalam bab ini. Hadirnya teknologi digital baru telah mengubah proses, pembuatan dan konteks menulis dengan dramatis. DeVoss dkk. (2010, h. 5), memberikan siswa untuk menulis dengan satu metode tradisional dengan menggunakan tinta hitam pada sebuah kertas putih tidak akan memuat siswa mencapai pengalaman dan pendidikan yang maksimal untuk masa depannya. 

Memberikan siswa untuk mempelajari dan membiarkan mereka bekerja untuk melampaui jaringan yang kontemporer serta lebih mengenal perbedaan genre dan audiens secara luas akan membawa siswa mencapai pengalaman yang lebih tinggi dalam pendidikan serta pengalaman kerja mereka dimasa depan. Untuk itu, penting untuk menilik apa sebenarnya digital writing atau penulisan naskah digital ini.

Mendefinisikan penulisan naskah digital bagi sebagian orang adalah sulit, karena teknologi kian berubah secara cepat. Apalagi dengan koneksi internet yang dapat digunakan oleh semua orang untuk membagikan informasi. Sekarang coba bandingkan antara berkomunikasi lewat pesan singkat, berkicau (twitter) atau telepon seluler yang mampu mendukung Web dan mengakses pesan singkat serta akses internet yang lain. 

Carroll (2010, h. 4)  teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah proses komunikasi saat ini, maka dari itu, media yang kita gunakan untuk berkomunikasi memiliki pengaruh pada bagaimana dan apa yang kita informasikan atau komunikasikan, itu sebabnya sebagian orang memiliki pandangan yang cukup sulit mengenai penulisan naskah digital ini. 

DeVoss dkk. (2010, h. 7) mencoba mendefinisikan digital writing  atau penulisan naskah digital sebagai sebuah komposisi yang dibuat dan seringkali dibaca atau dilihat di komputer atau perangkat lain yangmana perangkat tersebut terkoneksi dengan internet. Perubahan terbesarnya adalah pada sebuah jaringan yang membuat kita mampu berbagi, mendistribusikan serta mengarsipkan karya digital kita menggunakan teknologi berbasis internet.

Menulis atau menciptakan naskah di era digital yang semua berbasis teknologi dan mampu dibuat dan dibagikan secara bebas bukan berate kita dapat menulis dan menciptakan konten dengan komposisi yang bebas pula. Membuat naskah digital dengan teknologi yang mumpuni juga memiliki prinsip. Carrol (2010, h. 7) menjelaskan tentang beberapa prinsip yang baik dalam menulis;

  • Singkat
    Menulis seharusnya ringkas dan jelas. Pembaca memiliki sedikit alasan untuk tidak membaca terlalu banyak.
  • Tepat
    Gunakan kata yang tepat untuk sesuatu yang anda maksud. Sebaiknya jangan menggunakan kata yang mendekati atau malah lebih buruk tetapi terdengar atau terlihat mendekati.
  • Aktif
    Kalimat pasif ada kalanya cocok untuk sebuah tulisan, namun terlalu banyak tulisan yang tidak hidup. Kurangi menulis dengan kalimat pasif.
  • Imaginatif
    Prinsip ini sepertinya wajib dimiliki oleh seorang penulis. Bawalah pembaca seperti membayangkan sebuah scenario dari tulisan anda. Namun tetap hati-hati dengan penggunaan analogi, perumpamaan dan metafora. Di tangan ahli tiga hal tersebut dapat menjadi transformatif. Namun sebuah perumpamaan yang buruk akan cukup berbahaya bagi tulisan anda.
  • Langsung
    Kalimat pendek dapat memengaruhi penekanan dan kekuatan dalam menulis. Sampaikan secara jelas apa yang anda maksud.
  • Konsisten
    Gunakanlah kata hingga kalimat yang konsisten. Sebuah kalimat harus seimbang dan sesuai dengan harapan pembaca secara tidak langsung dalam tindakan fisik, membaca.
  • Sadar (Hati-hati)
    Terdapat beberapa kendala yang umum harus anda ketahui dalam menulis, beberapa dianranya adalah;
    • Plagiasi
    • Stereotipe
    • Terlalu menyederhanakan
    • Menggeneralisir
    • Langsung melompat ke-kesimpulan
    • Logika yang salah atau argument yang melingkar
    • Terlalu sering menggunakan kata ganti
  • Ringkas

Pada akhirnya, penulisan digital akan membawa penulis untuk berfikir tentang berbagai kemungkinan, dan mengintepretasikan persitiwa untuk dinarasikan, dan mendorong cara berfikir yang lebih komprehensif tentang cerita sebagai hasilnya (DeVoss, dkk. 2010, h. 7).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun