Mohon tunggu...
Debby Zhanng
Debby Zhanng Mohon Tunggu... -

Penulis novel Detektif Gagal & Dukun Gaul, pemilik blog debbyzhanng.blogspot.com, ibu satu anak, penyuka hujan, teh, coklat dan ice cream. Pelukis kata, perajut kalimat.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

History Night at Museum Bahari

8 Mei 2013   08:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:55 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Malam itu cuaca tampak cerah, bulan bersinar terang dan bintang bintang pun tak kalah menampakkan cahaya kecilnya dari jejauhan. Saya beserta rombongan teman-teman yang berjumlah 11 orang sudah tiba di pelataran menara Syah Bandar yang terdapat di kecamatan Penjaringan Jakarta Utara.

Malam itu kami berniat ingin menjelajahi museum Bahari pada malam hari, image museum yang kami dengar bahwa tempat itu angker dan mengandung suasana mistis membuat kami penasaran. Setelah berkoordinasi dengan pihak museum beberapa hari sebelumnya untuk memperoleh ijin menjelajah pada malam hari, akhirnya tanggal 20 April 2013 kami bisa mengunjungi museum itu.

Kendaraan kami parkir di menara Syah Bandar, karena di museum Bahari tidak terdapat parkiran mobil, jadi kami berjalan kaki ke museum Bahari yang memang tak jauh dari menara Syah Bandar.

Menara Syah Bandar adalah menara miring yang merupakan titik 0 kota Jakarta. Jadi, kalau Italia membanggakan Pisa nya, kita boleh membanggakan Syah Bandar.

Menara ini dibangun pada tahun sekitar tahun 1839, yang berfungsi sebagai tempat untuk memantau kapal-kapal yang datang dan pergi dari pelabuhan Sunda Kelapa yang terletak di sebelahnya.

Sementara museum Bahari, pada awalnya tempat ini dipakai sebagai tempat penyimpanan hasil rempah-rempah yang akan dijual VOC ke Eropa. Bangunan ini dibangun dari tahun 1652 sampai dengan 1771.

Pada masa penjajahan Jepang, gedung ini dipakai untuk penyimpanan logistik keperluan perang tentara Jepang. Namun setelah Indonesia merdeka, gedung ini dipakai oleh PLN dan PTT untuk gudang, hingga tahun 1976 barulah gedung ini diresmikan sebagai cagar budaya dan dijadikan museum pada tahun 1977.

Akhirnya kami tiba di lobby museum Bahari, lampu-lampu telah dimatikan. Kami memang sengaja meminta pihak museum untuk mematikan lampu-lampu, kami bertujuan ingin membuktikan, apakah benar tempat ini seseram seperti cerita yang beredar di masyarakat.

Bermodalkan senter, kamera, video infrared kami berkeliling, dari 11 orang kami memecah grup menjadi 3. Grup pertama mengelilingi sayap kanan museum, grup ke dua mengelilingi sayap kiri, sementara yang ketiga menyusul di belakangnya selang beberapa waktu.

Saya sendiri bersama teman saya yang kebetulan mempunyai indra keenam, teman saya itu mampu melihat mahluk-mahluk ghaib kasat mata/entitas lain yang dia ceritakan langsung kepada saya.

Lama kami berjalan mengelilingi museum, dari lantai pertama hingga lantai ketiga, tapi kami hanya menemukan beberapa orbs dalam hasl foto kami. Orbs adalah bentuk lingkaran berwarna putih/merah/kuning yang diindikasikan keberadaan dari entitas dari dunia lain/mahluk ghaib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun