Mohon tunggu...
Marintan Irecky
Marintan Irecky Mohon Tunggu... Lainnya - ENG - IND Subtitler and Interpreter

Indonesian diaspora who has been living in Saudi Arabia since 2013. Currently interested in topics about women, family and homemaking, and female intra-sexual competition.

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Konsekuensi Menunda Menikah Bagi Perempuan

16 Februari 2024   18:22 Diperbarui: 17 Februari 2024   01:40 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buket bunga pernikahan saya (dok.pribadi)

Usia reproduktif wanita yang paling optimal untuk menjadi seorang ibu adalah 20-32 tahun. Semakin tua seorang wanita, maka jendela reproduksinya semakin menyempit. Di usia 35 tahun ke atas, kesempatan untuk hamil setelah 3 bulan berhubungan intim akan menurun tajam hingga 12 persen. Jangan pula lupa dengan kehamilan berisiko tinggi bagi wanita yang berusia 35 tahun ke atas. 

Semakin tua usia wanita saat mengalami kehamilan pertamanya, maka semakin besar pula risiko keguguran, cacat janin, dan komplikasi kesehatan lainnya yang dapat dialami oleh ibu dan bayi. Mungkin ini pula sebabnya kenapa pria lebih memilih wanita yang lebih muda untuk diperistri. Meskipun saat ini teknologi semakin canggih, seperti bayi tabung atau IVF bisa membantu wanita untuk hamil. Namun biayanya yang mahal dan tingkat keberhasilannya yang semakin menurun seiring usia calon ibu bertambah, ini tentu akan membuat pria manapun berpikir dua kali sebelum meminang wanita di atas 30 tahun.

3. Lingkar pertemanan mengecil

Wanita yang memutuskan menunda atau bahkan tidak menikah, harus menyiapkan mental kehilangan banyak teman. Teman-teman perempuan mereka yang memutuskan menikah akan sibuk dengan urusan keluarga (suami, anak, mertua dan ipar). Sementara teman-teman pria yang dulunya mudah diajak nongkrong bareng, kini sudah beristri dan membatasi pergaulan dengan lawan jenis demi menghindari konflik rumah tangga. Lingkar pertemanan dan pergaulan sosial akan semakin mengecil dan ajakan untuk hang-out akan semakin jarang.

Menjalin pertemanan dengan orang baru di usia 30 tahun ke atas bukan sesuatu yang mudah. Entah disadari atau tidak, di usia 30 tahun ke atas masyarakat biasanya cenderung menjauhi mereka yang berstatus lajang. Banyak perusahaan yang bahkan menghindari merekrut wanita lajang yang berusia akhir 28 tahun hingga awal 30-an tahun. Karena di usia inilah biasanya wanita lebih fokus untuk mencari pasangan bila mereka belum menikah atau sibuk membangun keluarga bila mereka sudah menikah.

4. Menua sendirian


Ketika kita memutuskan untuk menunda menikah, bukan berarti sebuah jaminan bahwa pria yang akan jadi calon pasangan bersedia menunda menikah pula. Hari ini mungkin kedua belah pihak sepakat menunda, esok hari siapa yang tahu apakah salah satu pihak berubah pikiran dan memilih untuk memutuskan hubungan. Ingat hukum supply-demand yang saya sebutkan di atas. Di zaman modern seperti ini ada lebih banyak wanita berkualitas dibandingkan pria berkualitas. Jadi daya tawar pria berkualitas lebih tinggi dibanding daya tawar wanita berkualitas. 

Sebagai wanita, kita harus jujur pada diri sendiri. Bersediakah saya menurunkan standar saya agar mendapatkan pasangan? Kalau tidak bersedia menurunkan standar, maka tanyakan pada diri sendiri: Apakah saya sudah memenuhi standar yang dimiliki pria idaman saya? 

Apabila tidak bersedia menurunkan standar dan tetap ingin bersanding dengan pria idaman, siapkah saya bila saya berakhir melajang di usia lanjut? Ketika saudara dan sahabat sibuk dengan keluarga masing-masing, memprioritaskan pasangan hidup, anak dan cucu mereka, dan tidak bisa datang menemui saya di saat saya membutuhkan mereka, apa yang akan saya lakukan? 

Bagaimana saya melewati hari ulang tahun, hari raya keagamaan, tahun baru, musim liburan sekolah? Siapa yang akan merayakan keberhasilan dan prestasi yang saya capai dalam hidup? 

Bagaimana saya mendapatkan penghiburan serta dukungan ketika saya merasa sedih dan terpuruk? Apakah saya mampu bertahan hidup tanpa merasakan hangatnya pelukan, manisnya ciuman dari pasangan, atau hidup selibat tanpa seks? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun