Mohon tunggu...
dea rahma
dea rahma Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ibu Khadijah (Mualaf Asal Australia) : Semua Karena Allah dan Untuk Allah

25 April 2014   04:17 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:13 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1398348861356257589

Rasa syukur tak terhingga terhatur kepada Tuhan Semesta Alam, Allah subhanahu wata’ala. Sore ini dalam Kuliah Intensif Psikologi Islam di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada dihadiri oleh seorang mualaf dari Negeri Kanguru yang bernama hijrah Khadijah. Beliau menceritakan kisah hidupnya sedari kecil, hingga akhirnya memutuskan untuk ber-Islam di usia yang tidak lagi muda. Seperti kisah mualaf lainnya, kisah Ibu Khadijah begitu inspiratif. Berkali-kali saya merinding dibuatnya. Namun, alasan beliau memeluk Islam begitu luar biasa. Bahkan mungkin sangat jarang di antara kita yang telah beragama Islam sejak lahir merasakan hal ini. Berikut saya akan ceritakan kisah beliau beserta hikmah yang dapat diambil. Tidak terlalu detail, namun semoga tetap menambah keimanan kita semua.

Ibu Khadijah adalah seorang wanita asal Australia bernama asli Lenore Tardif. Beliau lahir lebih dari setengah abad silam dari sebuah keluarga yang tidak mapan. Dibesarkan oleh ibunya seorang diri. Ayahnya dikabarkan telah meninggal pada perang dunia II. Beliau menceritakan kehidupan orang di sekitarnya yang sangat hedonis. Tujuan hidup mereka hanya bersenang-senang tanpa memikirkan spiritual samasekali. Benar-benar hidup yang berantakan dan hanya memuaskan fisik saja. ketika mereka tidak puas dengan kehidupannya, maka mereka akan mengonsumsi narkoba dan alkohol. Jika malam minggu, di jalanan sangat banyak hura-hura yang menurut beliau hal tersebut sangat sia-sia dan tampak sekali hidup tanpa tujuan.

Suatu hari Ibu Khadijah bertemu dengan seorang muslim asal India. Setelah berbincang beberapa saat, beliau sangat tertarik dengan Islam. Kemudian beliau mengajak muslim asal India tersebut untuk ke rumahnya dan melanjutkan perbincangan mereka tentang Islam. Tidak lama berselang setelah perbincangan tersebut, Ibu Khadijah pergi ke sebuah toko buku dan membeli Al Quran serta buku tentang sejarah Nabi Muhammad s.a.w. Beliau tidaksadar selama pergi ke toko dan membeli buku-buku tersebut. Beliau baru tersadar ketika buku-buku itu sudah berada di tangannya. Ibu Khadijah memaparkan bahwa seperti ada yang ‘menuntunnya’ untuk pergi ke sebuah toko kemudian membeli buku-buku tersebut.

Sudah beberapa Negara beliau kunjungi, salah satunya Indonesia. Ketika berada Indonesia, beliau menceritakan betapa kehidupan orang-orang di Indonesia sejalan dengan agama yang dianut yaitu Islam. Hal tersebut membuat Ibu Khadijah semakin ingin mendalami Islam. Beberapa kali beliau mengikuti perkumpulan-perkumpulan muslim. Mempelajari Islam di kota-kota di Indonesia. Hingga suatu hari (tepatnya dua bulan lalu) ketika beliau sedang naik taksi, beliau lewat di sebuah gedung bertuliskan UIN (Universitas Islam Negeri). Beliau meminta supir taksi untuk menghentikan taksinya di tempat tersebut. Kemudian beliau masuk ke sebuah kantor yang ternyata adalah kantor humas. Ibu Khadijah tiba-tiba berkata kepada pegawai yang berada di kantor tersebut bahwa beliau ingin masuk Islam. Tentu saja pegawai tersebut kaget. Singkat cerita, beliau mengucapkan kalimat syahadat dalam tiga bahasa -yaitu Arab, Indonesia, dan Inggris- pada hari jumat dua bulan lalu yang disaksikan oleh jamaah sholat Jumat Masjid UIN Sunan Kalijaga D.I. Yogyakarta.

Alasan yang membuat beliau yakin untuk memeluk Islam adalah karena Allah. Apapun yang dilakukan oleh muslim adalah karena Allah dan untuk Allah. Hal ini bukan normatif. Bukan sekedar ucapan. Tapi hal tersebut adalah hasil pencariannya selama ini akan agama. Bahkan ketika disinggung bahwa beliau akan masuk surga ketika ber-Islam, beliau heran. Bahkan tak terpikir sebelumnya bahwa sebabnya memeluk Islam adalah iming-iming surga. Semua adalah karena Allah dan surga adalah bonus dari keimanan dan ketaatan kita pada Allah. Sungguh saya merasa tersentil mendengar alasan ini. Dengan tulusnya beliau berkata demikian. Bahwa semua adalah karena keagungan Allah. Keimanan pada Allah itu sangat masuk akal. Ia dapat dibuktikan dengan fenomena-fenomena alam yang telah tertulis dalam Al Quran. Seperti lebah yang menghisap madu kemudian dari perutnya terdapat zat yang dapat menjadi obat, atau kisah tentang penciptaan manusia dan lain sebagainya. Hal tersebut adalah fenomena ilmiah yang sangat masuk akal dijelaskan dengan keagungan Allah swt.

Sudahkah kita yang telah terlahir sebagai muslim memiliki niat setulus itu? jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kita menyebut namaNya? Semoga kita adalah orang-orang yang senantiasa istiqomah di jalanNya dan selalu dalam pancaran hidayahNya hingga akhir hayat. Aamiin..

Sleman, 24 April 2014

Nadia Eka Rahmayanti

Mahasiswi semester IV Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun