Pada hari Jumat (15/8) Donald Trump dan Vladimir Putin bertemu di Alaska. Semua mata tertuju pada hasil KTT tersebut. Setelah tiga jam pembicaraan, pertanyaan yang muncul: siapa yang menang?
Jawaban singkatnya: Vladimir Putin. Namun, hal itu baru jelas terlihat setelah akhir pekan. Pada Jumat, kesannya seolah-olah dialog mereka tidak menghasilkan apa pun. Tetapi dua hari kemudian, dengan munculnya lebih banyak pernyataan, termasuk dari Trump di Truth Social, pemenangnya menjadi jelas: Putin.
Ada empat alasan utama mengapa Putin unggul.
1. Pencitraan di Alaska
Trump menyambut Putin dengan karpet merah di Alaska. Jabat tangan hangat dan penyambutan bak seorang sekutu---sesuatu yang mustahil terjadi setahun lalu. Amerika selama tiga tahun berusaha mengisolasi Putin, bahkan mendorong surat perintah penangkapan terhadapnya. Kini, presiden Rusia justru disambut layaknya seorang sahabat.
2. Trump Menjebak Dirinya Sendiri
Strategi awal Trump sebenarnya tepat: mengecilkan ekspektasi. Gedung Putih menyebut pertemuan ini sekadar "listening exercise". Dengan begitu, jika tidak ada hasil, tidak ada yang perlu dipersoalkan.
Namun, dua hari sebelum KTT, Trump mengubah nada. Ia mengancam akan memberikan sanksi dan tarif berat terhadap Rusia bila Putin tidak menyetujui gencatan senjata.
Hasilnya? Tidak ada gencatan senjata di Alaska. Yang lebih parah, Trump membatalkan pernyataannya sendiri. Pada Sabtu, ia berkata:
"Semua pihak sepakat bahwa cara terbaik untuk mengakhiri perang adalah dengan langsung mencapai kesepakatan damai, bukan sekadar gencatan senjata yang sering kali tidak dapat dipertahankan."