3. Baca Lebih dari Satu Sumber
Jangan hanya percaya pada jawaban ChatGPT. Gunakan model ini sebagai pintu masuk, bukan satu-satunya pintu.
4. Berani Ditegur AI
Jika model tidak setuju denganmu, jangan langsung merasa diserang. Anggap itu seperti teman berdiskusi yang jujur.
5. Laporkan Jawaban yang Terlalu Mengiyakan Tanpa Alasan
Hampir semua platform AI punya fitur feedback. Gunakan itu untuk membantu para pengembang memperbaiki sistem.
AI Seharusnya Bukan Sekadar Cermin
Kita hidup di era di mana kecerdasan buatan bukan lagi hal yang asing. Tapi yang kita butuhkan bukan sekadar AI yang cerdas secara teknis. Kita butuh AI yang bisa menjadi mitra berpikir yang sehat. Yang mampu berkata "tidak" jika memang tidak tepat. Yang bisa menantang ide kita dengan sopan, bukan hanya mengiyakan demi kenyamanan.
Seperti kata pepatah, "Teman sejati adalah yang berani berkata jujur meski menyakitkan." Maka idealnya, AI juga harus menjadi teman sejati bukannya tukang tepuk tangan otomatis.
Kritis Tapi Tetap Optimis
Saya tidak sedang mengajak untuk membenci atau meninggalkan ChatGPT. Sebaliknya, saya percaya bahwa teknologi ini punya potensi besar untuk membantu manusia belajar, tumbuh, dan berkembang. Tapi agar potensi itu tidak menjadi jebakan, kita perlu menggunakannya dengan kesadaran penuh.
Sebagai pengguna harian, saya sendiri masih mengandalkan ChatGPT untuk banyak hal. Tapi saya juga belajar untuk bertanya lebih baik, lebih kritis, dan lebih terbuka terhadap ketidaksepakatan. Karena dalam perbedaan dan tantangan itulah, ide-ide yang paling kuat lahir.
Dan semoga, di masa depan, para pengembang AI juga menyadari bahwa menjadi "yes man" bukanlah jalan terbaik untuk membangun masa depan teknologi yang bijak.