Kedua, faktor geopolitik: invasi Rusia ke Ukraina memaksa negara-negara Eropa bersatu lebih erat, dan Inggris tak bisa mengabaikan ancaman yang sama.Â
Ketiga, perubahan arah kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Presiden Donald Trump, yang berpotensi kembali berkuasa, telah menunjukkan ketidaktertarikannya pada komitmen NATO. Inggris yang selama ini bergantung pada Amerika merasa perlu mencari jangkar baru.Â
Keempat, kegagalan teknis dan ekonomi dari Brexit itu sendiri.
Kini, Inggris tampaknya berada di jalan tengah: tidak menjadi anggota Uni Eropa, tapi juga tidak ingin jauh darinya. Seperti seseorang yang pernah keluar dari rumah lama, lalu mengetuk pintu yang sama---bukan untuk kembali tinggal, tetapi untuk bertamu lebih sering, lebih sopan, dan lebih bersahabat.
Apakah ini penyesalan? Mungkin. Tapi lebih dari itu, ini adalah pelajaran tentang politik realitas. Bahwa dalam dunia yang penuh tantangan, terkadang kedaulatan sejati bukan berarti berjalan sendirian, melainkan memilih dengan siapa kita berjalan bersama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI