Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Venom

3 September 2022   23:35 Diperbarui: 19 Oktober 2022   23:15 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (kincir.com)

"Yah ampuuun ... demi Tuhan, kopral tolong jelaskan!"

Aku melihat ke seberang ruangan ke arah komanadan dan tidak terburu-buru menjawab. Ruang di antara kami kental dengan aroma belerang, histeria, dan adrenalin. Ruangan itu didekorasi dengan pecahan kaca, tumbuh-tumbuhan, dan serpihan tubuh ular. Gumpalan asap bocor dari moncong senapanku. Delapan selongsong kosong berserakan di lantai seperti petasan di malam tahun baru. Gerakan jariku di pelatuk telah menghancurkan akuarium, atau apa pun sebutan dari habitat buatan ular itu.

Ini bukan ular pertama yang pernah aku bunuh. Ketika ditempatkan di Teminabuan, aku sudah membunuh begitu banyak "Aban" kalau kata orang lokal di sana. Tapi sekarang aku berada di Timika melayani kampung halamanku sebagai pasukan pengaman objek vital nasional PT. Freeport.

"Siap Sersan..." kataku, dengan cara yang paling hormat. "Ada satu ekor yang lolos keluar."

Semua orang tahu itu omong kosong. Mereka tahu aku benci ular, tapi bukan alasan untuk emosiku yang meledak-ledak ini. Salah satu anggota lain memecah ketegangan dengan bertanya sinis, "Pace, ular tadi de mo kabur ka?" Kami berlima tertawa terbahak-bahak. Tawaku palsu.

Saat rekan-rekanku menikmati momen kegembiraan ini, pikiranku dibawa kembali ke 18 tahun yang lalu menuju kematian Pak Urbas.

Frengky Urbas merupakan pecinta sejati reptil level tertinggi. Dia menyimpan berbagai macam ular di garasinya. Saking cintanya beliau sama ular, beliau berfoto sedang mengangkat Micropechis Ikaheka a.k.a. ular putih paling mematikan di seantero Papua.

Aku mengetahuinya karena beliau juga ayah tiri dari pacarku Yohana. Seperti seru sersan, "demi Tuhan" siapa yang bikin ular jadi hewan peliharaan? Hanya Voldemort. Setidaknya itu yang aku tahu.

Suatu malam sebelum pesta di kampung sebelah, aku mengetahui sesuatu yang bikin terkejut setengah mati. Malam itu Yohana memberitahuku tentang kebejatan pak Urbas. Yohana mendatangiku dan berkata dia tidak bisa pergi denganku. Dia menangis dan berkata bahwa ayah tirinya mengatakan dia tidak boleh ke mana-mana malam nanti. Tapi pak Urbas tidak akan menjadi orang jahat dalam cerita ini. Yohana disuruh mengarang cerita tentang keracunan makanan.

Aku terus bertanya, "Kenapa, kenapa?" Awalnya dia berkata, "Sa tra bisa bilang... sa betul-betul tra bisa bilang ... tapi itu bukan karena ko, sa ..." Ini tidak masuk akal, dan aku tidak bisa berhenti bertanya "kenapa ... kenapa?"

Akhirnya tangisannya pecah, "De bikin sa tidur siang dengan dia ... de bilang sa tra boleh pacaran dengan siapapun ... de ancam sa. De bilang, sa ini de punya. Nanti de kasi masuk sa pu tangan ke dalam kandang ular kalau sa ketahuan pacaran."

Meskipun Yohana tidak pernah menggunakan kata seks, aku langsung mengerti apa yang dikatakannya. Sebagai seorang remaja, cenderung kita berpikir kalau kita adalah matahari dan dunia berputar di sekililing kita, tetapi pada saat itu alam semestaku meledak, dan aku paham segalanya. Aku mendapat wahyu yang setara dengan E=MC2 Einstein.

Aku memeluknya sampai dia menangis. Tidak tahu apa yang akan kulakukan tetapi aku akan memperbaikinya. Aku tahu ... tahu di lubuk hatiku bahwa aku akan melakukan apa saja untuk menolong Yohana. Aku tidak melakukannya malam itu, tetapi akan melakukannya.

Tiga hari kemudian aku bolos sekolah. Aku meminjam jaket las kulit ayahku dan sepasang sarung tangan kulit tebal, lalu menyelinap ke rumah pak Urbas. Aku tidak yakin apa yang akan kulakukan, tetapi seperti kebanyakan remaja di mana pun, aku menganggap segalanya pasti berhasil.  "Segalanya" termasuk lolos dari kejahatan. Aku tidak punya gambaran sama sekali tentang beban yang akan kupikul setelah hari itu.

Pukul 14:45 Yohana dan adiknya sampai di depan rumah mereks. Ketika memasuki rumah, dapur sudah berantakan. Pak Urbas sudah kaku di lantai. Kematiannya dinyatakan sebagai kecelakaan.

Laporan polisi, yang aku dapatkan kemudian, mengatakan bahwa "Korban digigit oleh salah satu ularnya. Ini mungkin terjadi selama proses ekstraksi racun yang juga sering disebut 'pemerahan'. Bekas gigitan, memar dan bengkak di tenggorokan menunjukkan titik serangan... Tampaknya karena tergesa-gesa untuk meraih telepon, atau bantuan, almarhum tersandung kabel listrik dan terjatuh. Penyebab kematian karena keracunan neurotoksin."

Sebuah catatan tempel tulisan tangan di file itu berbunyi, "Anti bisa ular ditemukan hancur di depan lemari es. Pola sepatu boot di lantai tidak cocok dengan sepatu almarhum????"

Tiga hari kemudian aku berada di sisi Yohana selama upacara penguburan. Itulah jarak terdekat yang pernah aku dapatkan dengan cinta sejatiku. Aku tidak pernah mengatakan kepadanya apa yang kulakukan tetapi dia tahu. Dan pengetahuan itu seperti pagar kawat berduri yang tak terlihat di antara kami. Setiap duri punya emosi yang saling bertentangan; rasa bersalah, kebebasan, rasa sakit, kebahagiaan, kesedihan, kelegaan, dll. Lima minggu kemudian, setelah lulus, dia pergi untuk ikut Indonesian Idol di Jakarta.

Tanpa kemudi, aku juga pergi meninggalkan kampung dan bergabung dengan Angkatan Darat. Enam tahun kemudian aku kembali ke rumah. Ketika masuk ke pendidikan Angkatan Darat, aku masih seorang remaja yang marah. Ketika keluar, aku menjadi seorang pemuda yang kurang marah. Aku seorang pasukan pengamanan obvitnas sekarang. Bagaimana aku berhasil melewati psiko tes dan poligraf, aku tidak akan pernah mengerti.

Jadi hari ini departemen kami baru saja memberikan surat perintah penggeledahan pada terduga teroris. Selama briefing pra-serangan, kami diingatkan bahwa tersangka punya bermacam-macam ular di gua bawah tanah. Anggota tim lainnya memparodikan Indiana Jones, "Ular, kenapa selalu ular?"

Aku tahu kenapa harus ular. Karena ular dan kejahatan sering berjalan bersama seperti Voldemort dan Nagini.

Aku tahu apa yang kulakukan, jika diberi kesempatan. Populasi ular besok akan lebih sedikit dari kemarin. Mari berdoa agar aku tidak pernah mendengar tentang teroris yang mengancam anak-anaknya dengan ular.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun