Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pecat Pimpinannya Juga Kalau 3 Alasan ini Bikin PNS Bolos

21 September 2021   12:03 Diperbarui: 2 Oktober 2021   11:47 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi PNS dipecat (tribunnews.com)

PNS bolos kerja bukan semata-mata karena dasar orangnya pemalas. Mungkin ada, tapi dari pengamatan saya kebanyakan tidak seperti itu.

Saya sendiri belum pernah jadi PNS, cuma pernah bekerja di beberapa instansi pemerintah sebagai tenaga honorer. Tapi tidak sedikit teman PNS yang curhat kenapa malas masuk kantor jadi sedikitnya punya pendapat pribadi tentang kenapa PNS bolos.

Ada yang bilang malas ke kantor karena ngga ngapa-ngapain, masuk pagi duduk-duduk di kantor sampai jam 3, pulang. Padahal kalau di rumah bisa beres-beres atau urus anak. "Ntar kalau kantor sudah aktif lagi baru saya masuk, kasi info ya." begitu katanya.

Nah ini yang bikin saya terkejut. Sebelum kerja di instansi pemerintah, saya pikir PNS itu kerja rodi "kejar penyerapan" istilahnya. Lah, ini kok malah ngga ngapa-ngapain di kantor?

Berikut penyebab kenapa PNS bolos kerja karena ngga ngapa-ngapain di kantor.

1. Perencanaan yang buruk

Saya amati, ini biasanya terjadi karena buruknya perencanaan yang ada. Sempurnanya, perencanaan yang baik akan memperhitungkan jadwal kerja yang merata sepanjang tahun agar tidak menumpuk di akhir tahun, jadinya proyek "kejar penyerapan" mencekik di pengunjung tahun, sampai-sampai nginap di kantor.

2. Politik dan Nepotisme

Saya tidak tahu di daerah lain, tapi di daerah saya ada istilah "kalah politik jadi non-job." Artinya, kemarin PNS bersangkutan mendukung lawan kampanye walikota/bupati terpilih, alhasil PNS tersebut tidak diberikan pekerjaan di kantor oleh atasannya -- kepala dinas atau kasub. Ini khusus nya terjadi di daerah yang marak jual beli jabatan.

Ada juga yang menganggap pimpinan kantor hanya ingin berurusan dengan beberapa orang tertentu, karena faktor sodara-an atau memang tidak suka saja sama pribadi tertentu.

Jadi, lupakanlah tupoksi yang ada di SK PNS karena pekerjaan yang seharusnya menjadi pekerjaan PNS bersangkutan bisa saja dikerjakan oleh PNS lain yang sama sekali berbeda tupoksinya.

Hal ini menimbulkan sakit hati dari PNS bersangkutan, karena lebih banyak pekerjaan di kantor artinya lebih banyak uang ke kantong.

Ayolah, PNS atau honorer pasti paham, "dikasi kegiatan sama dengan dikasih uang." Biaya perjalanan dinas dan belanja kegiatan biasanya masuk kantong PNS bersangkutan, meski ada juga yang sebaliknya sampai harus nombok, tapi yang nombok ini sangat jarang saya temui.

Bayangkan saja, pekerjaan yang seharusnya menjadi miliknya dikerjakan oleh orang lain, uang yang seharusnya masuk ke kantongnya malah dibelokkan ke kantong lain.

Masih ok-lah, kalau ke kantor ngga ngapa-ngapain karena memang pekerjaan yang membutuhkan keahliannya tidak ada sama sekali, nah ini ada tapi dikasih ke orang lain. "Mending di rumah saja, urus rumah kek atau anak, daripada ke kantor bikin makan hati!"

Iya sih tanggung jawab, tapi namanya kalau sudah jengkel bawaannya pasti malas masuk kantor.

3. Lagi butuh uang tambahan

Memang benar kata teman-teman Kompasianer yang lain, PNS itu gajinya tidak seberapa, tapi "nasinya dikit, lauknya yang gede." Kalau tidak dikasih kegiatan di kantor, PNS bakal kocar-kacir dengan penerimaan bulanannya yang makin tipis terpotong kredit sana-sini. Akhirnya, mau tidak mau harus bolos buat cari pendapatan di luar. Ini khusus buat PNS yang tidak punya sumber pendapatan lain.

PNS mungkin banyak didambakan juga karena kemudahannya dalam mengajukan kredit. Ya, iyalah, PNS susah dipecat, mau work from home atau anywhere pun tiap bulan "rekening pica" kalau kata orang papua, artinya SMS banking pasti berbunyi, gajinya pasti masuk. Jadi, resiko gagal bayarnya paling minim.

Ini yang bikin pihak bank selalu cepat dalam memproses pengajuan kredit PNS. Hal ini justru jadi bumerang bagi PNS, karena jadwal pagi ke sore, mereka jadi bertumpu pada uang kegiatan dari kantor untuk menambah pendapatan. Kalau ada pengeluaran tak terduga, PNS jadi kelimpungan.

Apalagi mereka yang tidak dikasih kegiatan dari pimpinan -- orang sama yang memberikan rekomendasi kredit PNS kepada bank.

Miris memang, memberikan rekomendasi kredit PNS kepada bank tapi tidak peduli apakah PNS bersangkutan bakal kelimpungan ketika menghadapi pengeluaran wajib tak terduga.

Hal-hal di atas yang bikin saya berpikir, kalau kebanyakan penyakit PNS bolos terjadi karena buruknya kepemimpinan di kantor.

Ketika perencanaan baik, tak ada nepotisme dan politik, perencanaan kreditnya juga dipertimbangkan matang-matang, saya yakin PNS bolos bisa berkurang drastis.

Kalau alasannya karena memang malas atau tidak lagi ingin bekerja sebagai PNS, yah dipecat saja.

Tapi, ketika PNS bolos karena ketiga alasan itu, pimpinan nya juga harus kena pecat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun