Bulan ramadan seringkali menjadi momen refleksi bagi umat muslim. Banyak orang berbondong untuk fokus memperbanyak ibadah. Bukan hanya tentang menahan lapar, sejatinya bulan ramadan juga tentang megendalikan diri.Â
Di tengah peningkatan ibadah dan refleksi spiritual, penting untuk tidak mengabaikan aspek finansial. Bulan puasa yang seharusnya lebih sedikit konsumsi, tidak jarang justru membuat pengeluaran lebih besar.Â
Dapat menyeimbangkan ibadah dan keuangan di bulan ramadan adalah kunci untuk meraih keberkahan secara optimal tanpa terbebani masalah finansial. Berikut ini hal yang perlu dipertimbangkan kembali untuk menjaga kesehatan finansial.Â
1. Tidak Membeli Makanan BerlebihanÂ
Dalam islam telah dijelaskan bahwasannya Allah pun tidak menyukai sesuatu yang berlebihan. Termasuk dalam hal makanan.Â
"Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus di setiap masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf: 31)
Membeli makanan berlebihan tidak hanya tidak disukai, tetapi juga bedampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Saat kondisi lapar, seseorang biasanya cenderung memilih makanan secara impulsif di luar batas kemampuan dan kebutuhan. Berbelanja secara berlebihan dapat berujung pada membuang-buang makanan dan membuat pengeluaran menjadi tidak terkendali.Â
Untuk menghindari pengeluaran yang berlebihan, membuat menu dan anggaran selama bulan ramadan akan membantu keuangan tetap stabil. Adanya budgeting ini akan membantu untuk tidak melebihi batas anggaran yang sudah ditentukan.Â
2. Tidak Membeli Baju Baru
Membeli baju baru merupakan kebiasaan banyak orang di hari raya idul fitri. Seolah kebiasaan ini menjadi simbol untuk membuka lembaran baru dengan hati yang baru. Meski beberapa orang sudah mulai meninggalkan kebiasaan ini, namun sebagian orang masih sulit melakukannya karena memikirkan pandangan kerabat.Â
"(Dan orang-orang yang) apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian." (QS. Al-Furqan: 67)
Padahal, esensi dari lebaran sendiri pun tidak dapat dinilai dari pakaian baru. Tidak mudah memang berada di tengah masyarakat yang masih memandang segala sesuatu dari apa yang tampak. Menjadi berbeda pun terlihat aneh dan menyimpang tanpa memahami makna di baliknya.Â