Mohon tunggu...
Dea Meireni Yosilva
Dea Meireni Yosilva Mohon Tunggu... Banking and Finance at Airlangga University

Saya adalah mahasiswa D4 Perbankan dan Keuangan, Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kemiskinan Indonesia yang Tak Kunjung Usai

31 Oktober 2024   23:42 Diperbarui: 31 Oktober 2024   23:52 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jakarta, 20 Oktober 2024 – Kemiskinan di Indonesia terus menjadi masalah krusial meskipun pertumbuhan ekonomi secara nasional menunjukkan perbaikan. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa angka kemiskinan pada tahun ini masih berada di angka 9,1%, dengan sekitar 25 juta jiwa hidup di bawah garis kemiskinan. Kemiskinan memberikan dampak yang berbagai macam mulai dari meningkatnya angka kriminalitas/tindak kriminalitas, pengangguran,kesehatan terganggu, dan yang paling penting untuk saat ini adalah banyak anak anak yang tidak mendapatkan pendidikan karena keterbatasan ekonomi. Permasalahan tersebut harus segera dipecahkan oleh pemerintah karena jika tidak maka akan timbul masalah masalah baru yang mungkin lebih parah.

Pemerintah melalui Kementerian Sosial terus mendorong program pengentasan kemiskinan, salah satunya adalah Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT). Melihat kondisi tersebut, Beberapa bank besar dan perusahaan teknologi turut memberikan pelatihan kewirausahaan dan bantuan modal bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Meskipun tantangan masih besar, banyak pihak yang optimis bahwa dengan sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, angka kemiskinan di Indonesia dapat terus ditekan. Pemerintah Indonesia kini sedang menyiapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 yang akan memprioritaskan pengurangan ketimpangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin, dengan target menurunkan angka kemiskinan hingga 6% pada akhir periode tersebut.

Kemiskinan yang tak kunjung usai di Indonesia menunjukkan bahwa meskipun berbagai program dan kebijakan telah diterapkan, hasil yang diharapkan belum sepenuhnya tercapai. Banyak faktor yang berkontribusi pada masalah ini, termasuk ketidakmerataan akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan, serta terbatasnya lapangan kerja yang layak. Kondisi ini menciptakan siklus di mana masyarakat yang miskin sulit untuk meningkatkan taraf hidup mereka, sehingga kemiskinan tetap menjadi isu yang menantang bagi negara.

Untuk mengatasi kemiskinan secara efektif, diperlukan pendekatan yang lebih komprehensif dan terintegrasi, yang melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil. Fokus pada pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan, pelatihan keterampilan, dan penciptaan peluang ekonomi harus menjadi prioritas utama. Dengan komitmen yang kuat dan kolaborasi yang sinergis, diharapkan kita bisa melihat perubahan yang nyata dalam mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di seluruh Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun