Mohon tunggu...
Dea Ananda Putra Sitorus
Dea Ananda Putra Sitorus Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Malikussaleh

Mahasiswa Pertanian Universitas Malikussaleh Provinsi Aceh. Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kota Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Covid-19 Jangkit Sektor Vital

9 Agustus 2020   12:20 Diperbarui: 9 Agustus 2020   12:18 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Vibizmedia.com

Negara saat ini sedang dilanda krisis disegala sektor yang diakibatkan pandemi COVID-19 . Pertumbuhan ekonomi anjlok dan eskalasi pendapat rakyat bobrok. Badan Pusat Statistik merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2020 terkontraksi -5,3% secara tahunan. Rilis yang ditunggu sejumlah pemerhati ekonomi ternyata sesuai dengan prediksi semula. Ekonomi tak tumbuh selama periode tiga bulan kedua 2020. Ini bahkan menjadi penurunan produk domestik bruto (PDB) terparah sejak 1999. Kala itu, Indonesia menghadapi krisis ekonomi terdalam sepanjang sejarah, dan krisis kali ini membuntut di belakangnya. sumber

 Pemerintah sedang gencar gencarnya melakukan penyelamatan ekonomi, berbagai upaya telah diimplementasikan untuk menyelamatkan sektor tersebut. Mulai awal deklarasi pasien pertama COVID-19 diindonesia , pemerintah mulai memproyeksikan gagasan umum tentang penyelamatan sektor ekonomi. Hal ini dikarenakan , pemerintah sudah  memprediksi bahwa akan terjadi pembatasan social dimasyarakat jika penyebaran COVID-19 semakin bertambah. 

Namun sayangnya, penyebaran COVID-19 yang mulai menjarah diseluruh daerah Indonesia membuat upaya upaya ini sia sia. Semua elemen bergerak dan beberapa mentri terkait menawarkan kebijakannya . Ada yang membuat peraturan menteri hingga hanya membuat himbauan. Kebijakan menteri mulai beredar dan terpublish , akan tetapi beberapa kebijakan menteri seakan tak seragam dan kordinatif dengan menteri lainnya. 

Kemudian kebijakan kebijakan umum yang sulit dipahami apa maksudnya membuat suasana semakin riuh.. Triliunan anggaran sudah disahkan dan katanya sudah dikeluarkan. Pemerintah mengucurkan anggaran sebesar Rp405,1 triliun sebagai tambahan belanja dan pembiayaan APBN 2020 untuk penanganan COVID-19. Namun faktanya para pejabat pejabat terkait belum menggunakan sepenuhnya anggaran yang sudah ditetapkan untuk mengatasi krisis ekonomi tersebut. 

Keadaan semakin bersahabat bagi para penikmat . beberapa oknum memanfaatkan peluang peluang sempit dengan menggoreng segala opini hingga tersaji seperti berita yang pasti. Banyak macam cocok logic yang masih berdasarkan opini digagas hingga tersaji seperti fakta. Sampai sampai opini dan fakta tidak terlihat beda. Mungkin Rakyat mulai bosan dengan permainan hingga terlupa dengan anjuran kesehatan . Padahal negara hadir melalui peraturan presiden yang memprioritaskan sektor ekonomi dan kesehatan sehingga pendidikan pun terlupakan.

Pendidikan saat ini seperti disandera. Sejak dikeluarkannya peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan RI tentang Pendidikan dimasa pandemi, membuat wajah pendidikan Indonesia sangat berbeda. 

Kuantitas semangat pembelajaran dan berpendidikan surut,para siswa diwajibkan untuk melakukan kegiatan belajar dan mengajar dalam sistem online learning atau belajar online. Hal ini dikarenakan realisasi usaha  pemutusan rantai COVID-19 dan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar. Kebijakan ini dinilai tepat hingga frekuensi penyebaran COVID-19 menurun.

Menteri terlalu percaya diri dengan hal ini , terlihat kesenjangan kesenjangan sosial tentang kesejahteraan fasilitas pendidikan online. Mulai dari kesejahteraan jaringan hingga kesejahteraan fasilitas belajar. Indonesia memiliki 34 provinsi ,mulai dari Aceh Hingga Papua. Mungkin bisa dipetakan tidak semua daerah makmur akan fasilitas jaringan. Ini membuat sistem belajar daring dinilai kurang efektif.Situasi sosial sedang beraduk aduk. 

Pendapat masyarakat tentang diskriminatif kebijakan mulai bermunculan dibidang pendidikan. Penyebab dari asumsi negative masyarakat ini adalah Disaat seluruh sekolah diwajibkan untuk tidak belajar tatap muka. Tempat tempat wisata bebas dibuka  ,belum lagi pusat pusat perbelanjaan yang tetap membuka pelayanan, menambah tanda tanya besar dimasyarakat. Banyak jawaban yang dapat divariasikan. Tapi secara rasional semua sama saja gagasan yang lemah dalam segala hal dan tidak produktif dalam pemikiran. Kita akan defisit generasi kritis dan aktif.

Kita tidak mau kembali terjajah, kita lalai dengan kebijakan dan lemah dalam penelitian. Kepedihan ber-abad abad yang lalu cukup disimpan. Generasi bangsa saat ini butuh kualitas pendidikan. Kita tidak tau berapa lama pandemic ini akan berakhir. jika pandemic ini tidak berakhir selama bertahun tahun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun