Di balik asap dapur dan laboratorium, haruan juga menyumbang denyut ekonomi Kalsel. Data Dinas Perikanan Kalsel (2023) mencatat produksi haruan mencapai 1.200 ton per tahun, tersebar di Barito Kuala, HSS, HST, HSU, Banjar, hingga Banjarmasin.
Harga jualnya pun cukup fluktuatif:
Rp 70.000/kg di Hulu Sungai Tengah,
-
Rp 110.000/kg di Banjarbaru,
bahkan pernah dijual murah di angka Rp 35.000/kg oleh pemerintah dalam program stabilisasi inflasi.
Di Desa Mahang, HST, empat kelompok pembudidaya mampu menghasilkan 7 ton haruan sepanjang tahun. Bahkan, Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui BPBAT Mandiangin menargetkan 316 ribu ekor benih haruan per tahun, dengan distribusi puluhan ribu ekor ke pembudidaya lokal.
Selain itu, produk olahan seperti abon haruan, nugget, kerupuk albumin, hingga pakasam bernilai tambah kini banyak dikembangkan UMKM. Haruan bukan sekadar lauk, tetapi komoditas yang ikut menyumbang inflasi daerah. Karena itu, Bappeda Kalsel tengah menggagas program Haruan Estate untuk menjadikannya sebagai komoditas unggulan bioekonomi.
Menjaga Warisan, Menyongsong Masa Depan
Di titik ini, haruan telah menyeberangi tiga ranah: