Mohon tunggu...
djarot tri wardhono
djarot tri wardhono Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis apa saja, berbagi dan ikut perbaiki negeri

Bercita dapat memberi tambahan warna

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Variabel Transportasi dalam Kebijakan WFH

19 Maret 2020   16:24 Diperbarui: 19 Maret 2020   16:37 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Dalam Kompas.com (18/03/2020) "Social Distancing, Cara Terbaik untuk Cegah Penyebaran Virus Corona", bahwa Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan bahwa "inti dari lockdown adalah social distancing atau menjaga jarak antara satu dengan yang lain dengan maksud menghindari kontak sebagai cara terbaik untuk mencegah penyebaran virus corona". 

Apa yang dilakukan dengan hal tersebut juga disampaikan Gubernur DKI dengan himbauan untuk mengurangi pergerakan khususnya kepada pimpinan kantor, dengan melakukan kebijakan pengurangan pelayanan transportasi dari sisi supply.

Dalam menyampaikan kebijakannya (meski saat ini kebijakan tersebut telah diralat dan secara kapasitas transportasi telah dikembalikan kapasitas semula), terjadi pembatasan baik waktu operasi maupun kapasitas operasi. 

Kebijakan ini sebagai kebijakan  "kejut" yang harapannya membuat masyarakat mengurangi pergerakan dan mobilitasnya. Namun ternyata para pengguna angkutan publik ini relatif kecil yang mengikuti himbauan untuk bekerja di rumah.  

Berdasarkan dari data transaksi tiket elektronik KCI jumlah pengguna KRL, terjadi penurunan pergerakan komuter sebanyak 27% dengan data perbandingan antara pergerakan Senin 16 Maret 2020 dengan 733.140 penumpang dan data pekan sebelumnya, Senin, 9 Maret 2020 dengan 1.009.362 penumpang. Hal ini menunjukan bahwa pengurangan pergerakan yang tak sampai dengan 30% kemungkinan didominasi  para pegawai di sektor formal.

Presiden Joko Widodo telah menghimbau bahwa semua kebijakan di pusat dan daerah terkait pencegahan penyebaran virus korona atau Covid-19, sehingga Dinas Perhubungan DKI dan Badan Transportasi Jabodetabek telah melakukan koordinasi dalam memastikan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan layanan angkutan perkotaan.

***

Peran transportasi diharapkan mendukung pergerakan orang dan barang. Tentunya peran transportasi ini tak lepas dari perkembangan tata ruang. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan jumlah dan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan transportasi dengan sarana pendukungnya akan semakin besar. 

Dalam konteks perencanaan, transportasi dan pertumbuhan penduduk dan tentunya perkembangan, bertujuan menyediakan fasilitas untuk pergerakan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain. Sehingga dalam hal ini, transportasi khususnya di perkotaan, mempunyai peran yang strategis dalam membentuk peradaban kota. 

Di sisi lain, sektor transportasi ini acap kali tidak dalam posisi yang tepat dalam suatu kebijakan. Transportasi memerlukan perhatian yang serius dalam prioritas pembangunan kota.

Tingkat urbanisasi penduduk yang tinggi dengan tata ruang kota yang terbatas memunculkan kawasan perumahan baru di pinggir kota. Kawasan pinggiran kota yang awalnya memiliki kepadatan rendah lambat laun menjadi padat dan menjadi kawasan aglomerasi perkotaan baru. Hal ini menjadikan pergerakan orang menjadi semakin dinamis dan masif. 

Kemacetan, kesemrawutan menjadi pandangan umum terjadi sehingga beberapa orang memilih menggunakan angkutan publik berbasis massal baik kereta api maupun bus. Jumlah penduduk, wilayah, dan pusat pertumbuhan menjadikan dasar dalam penentuan rute, jaringan dan armada transportasi.

***

Kembali kepada kebijakan semi lockdown dengan melakukan pembatasan transportasi dari sisi supply, kebijakan "kejut" tersebut di atas memberikan harapan bahwa masyarakat memutuskan mengurangi pergerakannya. 

Namun dengan fakta bahwa hanya 27% pengguna angkutan massal kereta api yang tidak melakukan pergerakan, artinya bahwa tidak hanya variabel transportasi saja tidak cukup "kuat" mendorong pengurangan pergerakan alias mendorong orang bekerja di rumah (work from home).

Ada pengusaha, ada pimpinan kantor yang juga menentukan karyawan tetap atau buruh hariannya untuk masuk kerja atau tidak. Dengan hitung-hitungan tersebut pengurangan baik jam operasi maupun kapasitas operasi harus memperhitungkan efek kejut tersebut di Jakarta. Apakah efek kejut itu efektif? Ternyata hanya dipenuhi oleh 27% pengguna angkutan kereta api (pengguna MRT/LRT/Trans Jakarta belum ada datanya).

Transportasi merupakan sektor strategis dalam mendukung pergerakan sehingga apa pun kebijakan yang menggunakan variabel transportasi memerlukan hitung-hitungan yang matang. Juga melihat jumlah pergerakan di Ibukota yang mencapai lebih dari 10 juta pergerakan. Maksud kebijakan Social Distancing bagus, namun variabel transportasi adalah variabel memerlukan ketelitian dan sensitif.

Gambir, 19 Maret 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun