Mohon tunggu...
Dayvia Aprilliya
Dayvia Aprilliya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tetap Menulis dan Bersemedi

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 21107030067

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Beralih ke TV Digital, Why Not?

6 Juni 2022   11:53 Diperbarui: 6 Juni 2022   12:05 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini saya susun dari rangkuman materi dan juga melalui browsing beberapa sumber di internet, utamanya dari Kemenkominfo (Kementrian Komunikasi dan Informatika) Indonesia.

Berangkat dari pengertian TV digital atau yang disingkat DTV merupakan jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal gambar, suara, dan data ke pesawat televisi dan adanya proses suatu perubahan suatu gelomban periodik sehingga menjadikan suatu sinyal mampu membawa sebuah informasi. Kemudian, perbedaan mendasar antara TV analog dengan TV digital, yaitu penerimaan gambar melalui pemancar. 

Di mana proses pengolahan sinyal serta piranti pada TV digital menghasilkan penerimaan siaran yang HDTV (High-Definition Television). Artinya, kualitas konten yang akan disiarkan TV digital memiliki gambar yang lebih bagus atau lebih baik dibandingkan TV analog. 

Pada proses kerja teknologinya, stasiun TV digital memancarkan gelombang elektromagnetik yang termodulasi dengan frekuensi tertentu sesuai frekuensi yang dipakai oleh masing-masing channel. 

Gelombang elektromagnetik ini terdiri atas gelombang informasi data-data digital berbentuk bit-bit biner. Di bawah ini hal- hal yang membedakan siaran TV analog dan TV digital:

TV Analog

  • Dirancang untuk suara
  • Sinyal yang dipancarkan berupa sinyal analog, sinyal ditagkap antena
  • Kualitas gambar bersih dan suara jernih jika dekat dengan pemancar
  • Mengguakan pancaran dengan memodulasikannya langsung pada pembawa frekuensi
  • Banyak terdapat noise
  • Biaya penyiaran tinggi

TV Digital

  • Dirancang untuk suara dan data
  • Sinyal yang dipancarkan berupa sinyal sistem siaran digital
  • Tak perlu dekat dengan pemancar untuk mendapatkan gambar bersih dan suara jernih
  • Data terlebih dahulu dikodekan dalam bentuk digital, baru dipancarkan
  • Tayangan bersih suara jernih
  • Biaya penyiaran rendah

Maka dari itu, yang jadi pertanyaan, apakah TV digital secara penuh menggantikan TV analog dalam konteks haruskah beli TV baru? Jawabannya tidak. Sebab cara kerja TV digital dapat ditangkap melalui TV analog dengan alat tambahan, rangakaian konverter yang disebut Set Top Box (STB). 

Set Top Box adalah alat untuk mengkonversi sinyal digital menjadi gambar dan suara yang dapat ditampilkan di TV analog biasa. Set Top Box ini sudah mendukung DVB-T2. Set Top Box tidak memerlukan antena parabola dalam menerima sinyal digital, cukup menggunakan antena televisi biasa (UHF).

Harga STB pun cukup terjangkau dengan kisaran Rp. 150.000 s/d Rp. 200.000. Kominfo menyarankan agar membeli set top box yang telah uji sertifikasi Kominfo. Siaran TV Digital bukan streaming internet, bukan pula televisi berlangganan yang menggunakan satelit atau kabel sehingga tidak perlu kuota internet atau biaya langganan untuk menontonnya. 

Maksudnya, Siaran TV digital tidak berbayar, menonton TV digital tetap gratis tanpa iuran atau biaya bulanan. Sementara untuk masyarakat tidak mampu yang datanya ada di Kementerian Sosial, akan disubsidi pemerintah, STB dikirim sampai ke rumah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun