Mohon tunggu...
Diah Ayu Lestari
Diah Ayu Lestari Mohon Tunggu... Jurnalis - Traveller

Mahasiswa Akademi Televisi Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menguap Kisah Novel "Si Parasit Lajang" Cewek, Cerdik, Cuek

26 Mei 2018   11:47 Diperbarui: 26 Mei 2018   12:36 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kehilangan hak untuk menikah dengan orang lain ketika kita sudah menikah. Pada akhirnya yang kita butuhkan yaitu kesadaran bukan paksaan. Alam dinyatakan tidak adil dimana menciptakan yang satu memenuhi kriteria cantik dan yang lain tidak. Terus menerus menciptakan alternatif orang rela menghasikan uangnya untuk kecantikan. Kecantikan selalu hadir bagi mereka yang putih. Kapitalisme memang hidup dari ketidakpuasan diri konsumen.

Saya punya pacar dan tidak ingin kawin dengan pacar saya. Cinta seperti bunga jika ia tak lekang artinya ia imitasi. Saya tidak ingin kawin. Undang-undang masih kurang sadar jender menerapkan laki-laki sebagai kepala keluarga. Agama perkawinan jelas untuk berkelangsungan keturunan jadi, antara wanita dan pria. Seks bagi saya adalah melakukan segala sesuatu yang mengakibatkan rangsangan pada organ seks. Sisanya hanya perkara teknik. Kalau seorang lelaki menganggap wanita sebagai manusia maka ia tidak akan memperkosanya.

Setiap saya ditanya "apakah anda menikah ?" saya  selalu menjawab "tidak". Manusia lahir, tumbuh, jadi muda dan gila-gilaan, lalu kawin, punya anak menjadi orang tua yang tertib, lalu selesai. Saya mengenal seksualitas dari sekolah yang secara tidak langsung mengajarkan seksualitas melalui organ pada pelajaran biologi. Adapun kelas yang mengajarkan kami menggunakan akal sehat dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan dan kelas yang tidak mengajarkan larangan.

Sebuah percintaann adalah hubungan antara dua orang bukan dnegan diri sendiri. Sejak remaja saya tidak peduli dengan keperawanan saya. Dan kalau tua dan tidak kawin saya tidak peduli saya perawan atau tidak. Memangnya kalian menginginkan perempuan yang perawan? Lalu, kalau kalian mendapatkan perempuan yang masih perawan kalian bisa memberikan apa untuk wanita itu? Kejantanan kalian yang tidak bisa dilihat.

Dalam hal seksualitas lelaki tidak bisa menjadi jagoan tetapi perempuan bisa mengubah lelakinya menjadi jagoan. Pada zaman seorang perempuan harus melakukan seksualitas setiap malam dengan orang yang berbeda-beda. Ada kalanya manusia istirahat dari seks. Poligami hanya jawaban adil untuk lingkungan masyarakat yang tidak adil.

Inilah akhir dari cerita, sebagian teman saya menikah dan selalu ijin kepada saya karena meninggalkan saya sendiri. Namun, bagi saya itu menyenangkan karena kelak mereka akan punya anak. Namun, ada satu teman saya bernama Gofur meminta maaf kepada saya karena dia akan menjadi ayah dari Natalie yang hamil. Di Eropa tidak ada lagi stigma anak haram. Seorang anak sudah pasti lahir dari seorang ibu.

Saya tidak pernah anti perkawinan atau anti berkeluarga. Saya hanya berpendapat bahwa berkeluarga cocok bagi orang lain. Namun, saya benci dengan status perkawinan yang menjadikan tolak ukur kebahagiaan manusia. Manusia boleh kawin tapi tidak harus.

Pendapat Resensor

Novel "Si Parasit Lajang" mengajarkan kita untuk berfikir rasional dan bukan untuk membenci perkawinan. Buku ini berisi tulisan keseharian Ayu Utami yang tidak mau menikah. Entah itu tentang pekerjaan, sahabatnya, perjalanannya yang menimbulkan tulisan yang sangat fakta berdasarkan kesehariannya. Jumlahnya 48 tulisan, termasuk prolog dan epilog.

Pandangan-pandangan tentang pernikahan disampaikan sangat menarik disini oleh Ayu. Kritis dan sangat tajam. Alasan-alasan tidak menikah pun sangat jelas dibuku ini sehingga Ayu tidak ingin menikah. Salah satunya disini di negeri ini terlalu mengagung-agungkan lelaki sehingga wanita menjadi pihak lemah dan bergantung pada lelaki. Bagi feminis hal itu cukup sensitif.

Bahasa yang digunakan cukup mudah dipahami. Tidak bertele-tele, singkat, jelas dan lugas. Dalam buku ini Ayu Utami tidak terlalu berpihak mencolok ke feminis walaupun lebih mengangkat dari segi wanita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun