Baik warna maupun musik sama-sama berupa getaran yang ditangkap indera, lalu diteruskan ke otak, khususnya sistem limbik, pusat emosi manusia. Itulah sebabnya keduanya kerap dipakai dalam terapi. Color therapy digunakan untuk membantu mengatur mood, sementara music therapy dan bahkan songwriting therapy terbukti ampuh untuk menyalurkan emosi terpendam dan mengurangi stres.
Â
Warna dan musik adalah bahasa tersembunyi yang tidak butuh kata-kata untuk menyentuh hati manusia. Mereka mengajari kita untuk menerima, mengolah, dan menyalurkan emosi. Seperti pelukis yang mencampur warna dan musisi yang menyusun harmoni, kita pun bisa menyatukan berbagai rasa menjadi harmoni batin.
Â
Namun, keduanya tidak pernah berbicara dengan cara yang sama bagi setiap orang. Bagi sebagian, hitam bisa berarti duka, bagi yang lain justru ketenangan. Begitu pula musik: satu lagu bisa terasa pilu bagi seseorang, tapi menjadi penyelamat bagi orang lain. Pada akhirnya, warna dan musik adalah bahasa universal yang selalu terdengar berbeda di setiap jiwa dan justru di situlah letak keindahannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI