Kreativitas menjadi modal utama untuk mengatasi kesulitan global, dalam lingkungan ekonomi. Di era globalisasi, daya saing sangat penting, dan memproduksi barang baru yang berdaya saing global menuntut tingkat daya cipta yang tinggi. Gagasan "ekonomi kreatif," yang menekankan gagasan dan keahlian sumber daya manusia sebagai variabel produksi, memperkuat informasi dan kreativitas di era ekonomi baru. Pada tahun 2008, Kementerian Perdagangan Indonesia mengembangkan gagasan "ekonomi kreatif," yang menekankan pentingnya pengetahuan, gagasan, dan kreativitas manusia dalam mendorong ekonomi suatu negara dan mencapai ekspansi di seluruh dunia. Gagasan ini berupaya menciptakan ekonomi yang kompetitif dan berkelanjutan dengan sumber daya terbarukan yang melimpah.
Keberagaman sosial budaya Indonesia mendorong perkembangan ekonomi kreatif, dengan berbagai produk dari berbagai suku bangsa yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif. Budaya lokal, yang mencakup bentuk nyata dan tidak nyata, sangat penting bagi fondasi ekonomi kreatif, dan harus diintegrasikan ke dalam inisiatif pembangunan. Salah satu warisan budaya yang kaya dan khas dari Pasuruan, Jawa Timur adalah seni Bantengan. Bantengan merupakan bagian penting dari ekonomi kreatif selain menjadi representasi identitas budaya masyarakat setempat. Kesenian Bantengan masih dilestarikan dan digemari di desa-desa di lereng Gunung Arjuno-Welirang, khususnya di kecamatan Prigen, Purwosari, Sukorejo, dan Purwodadi. Kabupaten Pasuruan, Prigen, terkenal dengan pelestarian seni Bantengannya. Perkumpulan Bantengan tersebut meliputi Kru Budi Mulyo, sebuah organisasi yang didedikasikan untuk meneliti dan melestarikan seni Bantengan. Kelompok Budi Mulyo, yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai kekayaan budaya tak benda, sangat penting bagi pelestarian bentuk seni ini di wilayah Prigen. Lebih lanjut, Bantengan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ekonomi lokal dalam sejumlah cara, yang akan dibahas dalam artikel ini.
Asal Usul dan Karakteristik Kesenian Bantengan
Bantengan memiliki akar sejarah yang dalam, yang dapat ditelusuri kembali ke Kerajaan Singhasari. Kesenian ini pada awalnya berfungsi sebagai sarana ritual dan upacara adat, dengan pengaruh kuat dari pencak silat. Dalam pertunjukan Bantengan, dua orang pemain berperan sebagai seekor banteng, dengan satu orang mengendalikan bagian depan dan yang lainnya mengendalikan bagian belakang. Pertunjukan ini biasanya diiringi oleh alat musik tradisional seperti gamelan dan kendang, dan melibatkan pembacaan mantra untuk berdoa agar acara berjalan lancar.
Bantengan bukan hanya pertunjukan seni, tetapi juga ekspresi nilai-nilai spiritual dan sosial masyarakat. Dalam setiap pertunjukan, ada unsur-unsur magis yang menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman budaya ini. Oleh karena itu, Bantengan tidak hanya dilihat sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan sejarah kepada generasi mendatang.
Bantengan sebagai Warisan Budaya Tak Benda
Pada tahun 2019, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mengklasifikasikan Bantengan sebagai warisan budaya tak benda. Klasifikasi ini mengakui pengakuan pemerintah atas nilai seni ini dalam konteks budaya Indonesia. Penetapan ini berdasarkan Berita Acara Sidang Penetapan Nomor 7744/E.E6/KB/2019 tanggal 5 Agustus 2019. Melalui penetapan ini, Bantengan kini memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk dipromosikan sebagai objek wisata budaya yang dapat menarik pengunjung lokal dan internasional.
Akreditasi ini juga menjadi jalan bagi pelestarian dan pengembangan ekonomi kreatif di sekitar seni pertunjukan ini. Masyarakat setempat kini semakin terdorong untuk melestarikan seni ini melalui berbagai upaya, pelatihan termasuk untuk generasi muda dan menggelar festival seni.
Dampak Ekonomi Kreatif dari Kesenian Bantengan
- Memperkuat Komunitas Lokal
Melalui seni Bantengan, komunitas lokal dapat terlibat dalam berbagai kegiatan ekonomi kreatif. Seniman yang menciptakan kostum dan alat musik tradisional mendapat dukungan finansial dari kegiatan ini. Pelatihan generasi penerus dalam seni pertunjukan juga membantu menciptakan lapangan kerja. Ada lebih dari 200 organisasi seni Bantengan di wilayah ini, menurut Dinas Pariwisata Kabupaten Pasuruan.
- Wisata BudayaÂ
Pertunjukan Bantengan sering dimanfaatkan sebagai objek wisata di Pasuruan. Melalui pemaparan karya ini di festival dan acara penting lainnya, pemerintah daerah dapat menarik wisatawan, serta meningkatkan pendapatan sektor pariwisata. Hal ini juga memperkenalkan cara hidup lokal kepada pengunjung. Cara penting untuk memperkenalkan Bantengan kepada khalayak yang lebih luas adalah melalui acara seperti Pekan Budaya Nasional.
- Pemasaran Barang Inovatif