Dulu, aku kecil sangat bahagia. Bahagia bersama keluarga yang lebih dari cukup kala itu. Ayah yang sangat mencintaiku, Ibu yang begitu menyayangiku dan adik yang manis. Dilenkapi rumah yang cukup baik, mobil dan aset keluargaku yang lebih dari orang dikampungku. Aku bahagia, sangat bahagia kala itu.............
Kebahagiaan dalam keluarga kecilku mulai surut, ketika itu aku duduk dibangku menengah, sedikit demi sedikit harta ayah ibuku mulai berkurang. Ibuku mulai sering sakit, dan selepas SMA aku tak dapat melanjutkan kuliah. Aku tak membenci siapapun atas situasi ini. Aku tetap bahagia. Karena mereka masih bersamaku, ayahku, ibuku dan adikku.............
Sampai suatu hari, ketika aku berumur 18 thn dan adikku berumur 8 thn, Ibuku meninggal dunia. Meninggalkan ayahku, meninggalkanku yang begitu rapuh tanpa belainya, dan meninggalkan adikku yang masih sangat membutuhkannya. Melihat jenazah ibuku, melihat tangisan adikku , melihat ayahku yang tak dapat berkata-kata, aku menjerit dalam hati. Dunia ini seperti akan runtuh dan menguburku. Aku tak tega melihat jeritan adikku, aku tak tega melihat ayahku yang termangu. Tapi aku memngikhlaskan beliau. Mungkin Tuhan lebih menyayangi ibu daripada aku menyayanginya.
Waktu berlalu, hidupku kembali normal. Adikku kembali riang, aku bahagia melihatnya. Saat aku membersihkan kuburan ibuku, aku tersenyum lirih “Lihatlah bu, adik kembali riang, akupun akan berbahagia. Demi ibu... Berbahagialah di syurga bu”
Namun, Hari hari kami kembali dirundung kesedihan. Ayahku mulai sakit. Sakit. Sakit. Sakit. Dalam sakitnya, ayahku tak pernah sekalipun mengeluh. Ayahku yang sabar, ayahku yang tegar. Sesekali kami membawanya kerumah sakit, tapi seringkali ayahku menolak. Mungkin karena kondisi ekonomi kami yang kurang baik. Sehingga ayahku memilih obat-obatan yang tidak mahal.
Hari yang kutakutkan tiba, diusiaku yang yang masih remaja dan adikku yang masih kelas 4 SD, Ayahku pulang. Pulang menemui ibu. Tanpa mengajak kami. Saat itu, aku mengutuk Tuhan. Setega itukah Engkau Tuhan??? Rutukku... Aku merasa menjadi orang paling tidak beruntung. Adikku menjadi yatim piatu. Dan aku?? Aku harus mengurusnya. Seorang diri. Rutukku pada Tuhan mulai memudar, aku kembali tersadar...............
Hari-hari kulalui dengan bekerja, Bekerja, dan bekerja. Bekerja apa saja yang bisa menghasilkan uang. Untuk hidupku dan adikku. Terkadang aku menangis, meratapi diri. Mengapa begitu kejam hidup ini Tuhan....... Apa salahku????????
Saat ini aku sadar! Aku tak boleh menyesali apapun! Aku tak boleh membenci siapapun. Saat ini aku harus meraih mimpi. Mimpiku adalah bahagia dan membahagiakan adikku. Mimpiku adalah Sukses dalam karir, dan menyekolahkan adikku. Mimpiku adalah membuat bangga Ayah dan Ibuku di syurga. Mimpiku adalah Membawa adikku pada kebahagiaan....
Aku tak lagi merutuk Tuhan. Tuhan sangat menyanyangiku, menyayangi adikku. Aku sedang diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menjadi ikhlas, menjadi sabar, dan menjadi pekerja keras.
Akan selalu ada jalan bagi orang-orang yang Berusaha dan berdo’a. Tuhan Maha Tahu.......
Akan selalu ada jalan bagi orang yang mencintaiNya, akan selalu ada jalan bagi orang-orang yang menghargai kehidupan..........................
Dedicated to my Lil Bro....
Jika kamu menemukan jalan buntu, carilah jalan yang lain. pecayala, Jalan itu pasti ada.
Be healthy, be happy. We are proud of you. Kami sekeluarga menunggu kesuksesanmu....