Mohon tunggu...
Davita Soimatul Fauziah
Davita Soimatul Fauziah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Negeri Surabaya

Long life learner

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keindahan Alih Wahana Karya Sastra Budi Darma dalam Simposium Nasional: Menuju Teori Sastra 'Dunia Jungkir Balik' Budi Darma

31 Oktober 2021   10:42 Diperbarui: 31 Oktober 2021   22:31 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prof. Budi Darma, M.A, pH.D atau yang dikenal sebagai Budi Darma merupakan salah satu sastrawan ternama di Indonesia. Karya-karyanya seperti Orang-Orang Bloomington (1950), Ny. Talis (1983), Olenka (1997), Rafilus (1988)  dan masih banyak lagi, telah tersebar di berbagai media di Indonesia maupun luar negeri dan telah melekat pada hati pencinta sastra di negeri ini. Beberapa penghargaanpun telah diraih oleh Budi Darma karena perannya dalam dunia sastra, seperti:  penghargaan dari Dewan Kesenian Jakarta "Olenka sebagai novel terbaik" (1983), Sea Write Award dari pemerintah Thailand atas karyanya yang berjudul Orang-Orang Bloomington (1984), dan lain lain.

Selain menjadi penulis, Budi Darma juga mengabdikan dirinya sebagai guru besar di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya. Sosoknya yang ramah, santun dan rendah hati memberikan kesan tersendiri bagi orang-orang yang mengenalnya. Maka tak heran jika kepergiannya meninggalkan kesedihan yang begitu mendalam bagi keluarga besar Universitas Negeri Surabaya, dan juga dunia sastra Indonesia. Dalam rangka mengenang kepergian dari Prof. Budi Darma, M.A, pH.D, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya mengadakan simposium nasional bertajuk "Menuju Teori Sastra 'Dunia Jungkir Balik' Budi Darma". 

Acara yang berlangsung pada 14 September 2021 lalu tersebut, menghadirkan 14 narasumber yang merupakan praktisi dan juga memiliki kedekatan dengan almarhum Budi Darma. Terbagi menjadi 4 sesi, para narasumber memberikan pandangan mereka mengenai karya-karya Budi Darma sesuai dengan topik pada setiap sesi. Topik tersebut diantaranya adalah: karakteristik penulisan novel Budi Darma, gaya penulisan cerita pendek Budi Darma, model esai Budi Darma dan yang menarik perhatian pada sesi ke empat yaitu eksplorasi 'alih wahana' dari sastra tulis ke seni visual.

Berbeda dengan ketiga topik sebelumnya yang lebih mengulik karya-karya Budi Darma dari segi bahasa, sesi ke empat menyajikan topik untuk memvisualisasikan karya sastra Budi Darma menjadi karya seni. Para narasumber pada sesi ke empat yakni Tommy F. Awuy, Hafiz Rancajale, I Wayan Kun Adnyana dan Djuli Djatiprambudi, saling mengkritisi serta memberikan perspektif mereka pada karya sastra milik Budi Darma dari segi seni visual.

Menurut Tommy F. Awuy, kekuatan dari karya sastra milik Budi Darma adalah aspek rangsangan imajinasi visualnya. Kekuatan tersebut terlihat dari bagaimana  Budi Darma mendeskripsikan tempat, interaksi antar tokoh, serta karakter yang dimiliki tokoh. Selain itu, Budi Darma juga piawai dalam membangun dramaturgi, narasi dan tema yang ada pada karyanya. Hal ini terlihat pada buku kumpulan cerpen "Orang-Orang Blomington", para pembaca dapat membayangkan kondisi kota Bloomington beserta karakter para penduduknya. 

Deskripsi Budi Darma tentang adegan lelaki tua di jalanan yang memainkan senjatanya seperti halnya sedang perang, merupakan adegan yang nan filmis, berlanjut bagaimana penggambarannya tentang adegan riil tembak-menembak yang akhirnya menelan dua korban meninggal. Si lelaki tua itu sendiri dan ibu pemilik rumah kontrakan.

Kepiawaian  Budi Darma dalam memberikan rangsangan imajinasi visual pada karya-karyanya, secara tidak langsung mempermudah para seniman untuk memvisualisasikan karyanya menjadi seni visual. Wildan Syaefullah dan Bagus Imam, peserta simposium nasional FBS yang juga merupakan mahasiswa jurusan seni mengatakan bahwa kesulitan dari memvisualisasikan karya sastra ialah harus memiliki imajinasi yang "liar". Merepresentasikan tulisan menjadi karya seni bukanlah perkara yang mudah, seniman harus berupaya untuk memahami narasi maupun deskripsi yang dibuat oleh penulis agar visualisasi yang dihasilkan tidak berbeda jauh dengan konsep dari karya sastra. Keduanya menyatakan bahwa keunikan yang dimiliki karya sastra Budi Darma mempermudah  untuk menghidupkan imajinasi mereka.

 Pada sesi terakhir dari simposium nasional "Menuju Teori Sastra 'Dunia Jungkir Balik' Budi Darma", salah satu narasumber, Djuli Djatiprambudi mempresentasikan karyanya yang merupakan hasil visualisasi dari novel "Orang-Orang Blomington."

Visualisasi
Visualisasi "Orang-Orang Blomington" karya Djuli Djatiprambudi

Djuli Djatiprambudi menyatakan bahwa karya dari Budi Darma merupakan sebuah energi yang mempengaruhi para pembaca karena kejeniusannya dalam memilih diksi, alur, estetika serta pemikirannya. Karya sastra Budi Darma menurutnya sudah berada pada tahapan karya sastra yang esoteris, yang mana topik-topik yang diangkat oleh Budi Darma adalah seputar takdir dan kematian  atau "Dunia Jungkir Balik". Menurut Djuli, membahasakan ulang teks menjadi seni visual memerlukan retorika visual, keserupaan, tanda-tanda visual, tekstur dan sebagainya. Ia mengaku terteror oleh aktor-aktor maupun narasi yang dihadirkan pada novel "Orang-Orang Blomington",yang kemudian  ia coba alihkan bahasa yang ada menjadi bahasa garis, titik, ruang dan sebagainya. Menurutnya mengalih wahanakan karya sastra bukan berarti menduplikasi, melainkan melahirkan hasil karya seni yang otonom.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun