Mohon tunggu...
Davina Nuaimah
Davina Nuaimah Mohon Tunggu... Mahasiswa PGMI UIN Ponorogo 2024

memeluk hidup apa adanya tertawa bersama suka, berdamai dengan duka.Setiap cerita, entah manis atau pahit, adalah warna yang melengkapi kanvas perjalanan. Dengan hati yang lapang, menjadikan pengalaman sebagai pelajaran, dan syukur sebagai jalan untuk terus melangkah ringan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Fana Merah Jambu : Krisis identitas dan pertanyaan eksistensial dalam psikologi pendidikan"

27 September 2025   00:46 Diperbarui: 27 September 2025   00:46 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senja di sore hari (Sumber : Daphinaa_)

Lagu "Fana Merah Jambu" bukan hanya tentang kisah cinta atau ketenangan, tetapi juga tentang pengakuan jujur terhadap ketidakpastian---sebuah perasaan yang sangat akrab bagi remaja. Liriknya yang berbunyi, "Biar saja mengalir, biarkan saja terjadi...", seolah menenangkan badai kecemasan yang muncul saat kita berdiri di persimpangan antara masa kanak-kanak dan kedewasaan.

Dalam psikologi pendidikan, fase ini disebut Krisis Identitas, dan ia adalah bagian yang sangat normal dari perkembangan remaja.

Ketika Eksistensi Terasa 'Fana' dan 'Merah Jambu':

Remaja adalah masa eksplorasi. Kita mulai berpikir abstrak, mempertanyakan norma, dan menimbang-nimbang masa depan. Namun, di tengah gempuran media sosial, ekspektasi akademik, dan tuntutan untuk segera "menentukan jalan," proses ini sering kali terasa seperti krisis besar:

1. Kecemasan Eksistensial: Siapa Aku di Tengah Semua Ini?

Kecemasan eksistensial adalah rasa khawatir yang mendalam tentang tujuan hidup, kebebasan memilih, dan kematian. Remaja mengalaminya saat mereka mulai menyadari bahwa pilihan mereka hari ini (misalnya, memilih jurusan di SMA atau universitas) akan menentukan siapa mereka di masa depan.

  • Gejala pada Remaja: Merasa hampa atau "kosong," merasa putus asa tentang masa depan, dan sering bertanya tentang makna dari kegiatan sehari-hari (seperti, "Buat apa aku belajar ini?"). Mereka melihat hidup sebagai sesuatu yang fana (sementara), sehingga sulit menemukan motivasi.

2. Difusi Identitas: Terjebak Tanpa Arah

Psikolog Erik Erikson menyebut tahap remaja sebagai Identity vs. Role Confusion (Identitas vs. Kebingungan Peran). Pada dasarnya, ini adalah periode eksperimen untuk mencari tahu peran sosial, nilai-nilai, dan tujuan karier.

Masalah muncul ketika remaja terjebak dalam apa yang disebut Difusi Identitas---kondisi di mana mereka belum berkomitmen pada suatu peran dan juga tidak aktif mencari. Mereka hanya "mengalir" bukan karena tenang, tetapi karena takut memilih.

  • Contoh: Remaja tidak tahu apakah mereka benar-benar suka seni atau dipaksa suka seni oleh lingkungan. Mereka kesulitan menentukan minat karena terlalu banyak pilihan atau terlalu takut gagal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun