Zone tunjaman ketiga miring ke arah selatan,menghasilkan pembentukan batuan magmatik kalk-alkalin berumur Miosen Awal, di lengan utara. Tunjaman ini secara berturutan diikuti oleh tumbukan antara busur dan benua (blok benua Banggai – Sula dan Buton – Tukang besi) yang menyebabkan rotasi lengan utara searah jarum jam, pensesar-naikan (backthrusting), dan mulainya tunjaman sepanjang Parit Sulawesi Utara (Kavalieris drr., 1992).
Tunjaman Kapur
Sementara pada masa Kapur Awal, Mendala Sulawesi Timur bergerak ke arah barat setelah tunjaman landai di bagian timur Mendala Sulawesi bergerak ke arah barat. Barat Beberapa bukti lapangan dari Tunjaman Kapur Awal termasuk bancuh Bantimala di Sulawesi Selatan (Sukamto, 1975a) dan batuan malihan bertekanan tinggi Sekis Pompangeo, yang terletak di dekat Danau Poso dan menunjukkan pemulihan akibat tunjaman (Parkinson, 1991). Kedua jenis batuan ini berasal dari periode Kapur.Â
Tunjaman Ganda Kuarter
Tunjaman di Laut Sulawesi yang terbentuk sejak Miosen masih aktif. Namun, pada zaman Kuarter, tunjaman terjadi di sebelah tenggara lengan utara Sulawesi, yang menyebabkan busur gunungapi Minahasa-Sangihe. Akibatnya, terjadi tunjaman ganda di lengan utara, terutama di bagian timur, dengan arah yang berlawanan, yaitu dari barat laut ke utara dan dari selatan ke tenggara.
Setelah berbagai periode aktivitas tektonik yang disebutkan di atas, tektonik Sulawesi masih aktif hingga saat ini. Ini ditunjukkan oleh pembentukan terumbu kuarter di atas seluruh mandala geologi Sulawesi dan oleh adanya lajur sesar naik—lipatan aktif di lengan selatan, seperti Lajur Lipatan Majene dan Lajur Lipatan Kalosi (Coffield dan Bergman, 1993; Bachri dan Baharuddin, 2001). Â
Selain aktivitas tektonik di atas, aktivitas tektonik lokal berikut juga memengaruhi aktivitas tektonik:
Tektonik Selat Makasar
Sejarah tektonik Selat Makassar tidak dapat dipisahkan dari tektonik Sulawesi Barat atau Lengan Selatan. Bergman dr. (1996) mengatakan bahwa selat Makassar didefinisikan sebagai cekungan daratan-muka (foreland basin) di kedua sisi Lempeng Australia-Nugini dan Daratan Sunda. Sampai saat ini, masih ada perdebatan tentang pembukaan selat Makassar. berbeda dengan interpretasi sebelumnya yang menyatakan bahwa Selat Makassar terbentuk sebagai akibat dari pemekaran benua atau bukaan kerak samudera. Namun, menurut Bergman brothers (1996), tumbukan benua—benua di sini terjadi pada Miosen, Namun, beberapa penulis seperti Situmorang (1982), Hall (1996), Moss drr. (1997), Guntoro (1999), dan Puspita drr. (2005) mengatakan bahwa pembukaan Selat Makassar terjadi pada Eosen Tengah. Namun, hingga saat ini, mekanisme pembukaan masih diperdebatkan. Bentuk pantai di Sulawesi Barat juga mirip dengan batas tepi Paparan Paternoster, yang menunjukkan bahwa Selat Makassar telah membuka. bukti lainnya bahwa Selat Makassar mengalami tumbukan benua pada Miosen adalah sesar yang naik dan lipatan. Ini menunjukkan fase kompresi, yang ditunjukkan oleh sesar di sebelah timur yang mengarah ke barat dan selat di sebelah barat yang mengarah ke timur.
Tektonik Lengan Selatan
Untuk analisis struktur dan tektonik wilayah ini, daerah sampel yang dianggap paling representatif akan dipilih karena mereka memiliki data struktur dan tektonik yang cukup. Area tersebut adalah bagian dari Propinsi Sulawesi Barat. Ini mencakup Mamuju dan Majene di bagian barat dan Palopo di bagian timur. Ada dua lajur lipatan sesar naik di wilayah ini: Lajur lipatan sesar naik Majene dan Lajur lipatan sesar naik Kalosi. Di lokasi ini juga ditemukan pluton granit yang besar, kompleks ofiolit (Lamasi), dan batuan alas malihan Latimojong dari Pra-Tersier.Â