Mohon tunggu...
Maria Magdalena
Maria Magdalena Mohon Tunggu... Swasta -

Bersukacitalah dalam pengharapan, bersabarlah dalam kesesakan, karena setiap masalah adalah ujian pendewasaan untuk menjadi pribadi yang tegar dan dewasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mempertanyakan Ajaran Pendeta Yesaya Pariadji Gereja Tiberias Indonesia

7 Juli 2012   11:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:12 29650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ajaran Pendeta Yesaya Pariadji dari Gereja Tiberias Indonesia

Tuhan Yesus memberi penglihatan kepada saya tentang adanya pesta disorga, yaitu di Ruangan Maha Suci, untuk disaksikan dan disampaikan, gambaran jemaat Tiberias yang pesta di Sorga. Saya memohon kepada Tuhan Yesus agar saya tidak dipilih. Orang lain saja yang dipilih, jangan saya. Saya berdoa dengan tetesan air mata.

Tetapi menjelang subuh tiba-tiba Tuhan Yesus datang dengan penuh kemuliaan-Nya dan berkata : “Pariadji, mari ke Sorga melihat tingkat-tingkat Kerajaan Sorga. Tugasmu adalah untuk menyampaikan tingkat-tingkat Kerajaan Sorga.” Tuhan Yesus menggandeng saya ke Ruangan Maha Suci di depan tahta Allah.

Bila saya belum pernah digandeng Tuhan ke Bait Allah yang Maha Suci, setan-setan punya hak memotong tangan saya. Bila kaki saya belum pernah menginjak di depan Tahta Allah, setan-setan berhak memotong kaki saya.

Tuhan Yesus memperlihatkan orang-orang Kudus-Nya. Tuhan Yesus memperlihatkan jemaat yang begitu besar dan sangat banyak, yang berjubah kekudusan dan berkata, “Pariadji lihat! Kamu akan menghantar ratusan ribu orang ke sorga. Lihat jemaat Tiberias sangat besar di Sorga. Mereka diundang pesta di Sorga.

Saya berlutut mencium kaki Tuhan. Tuhan Yesus memberitahu saya bahwa saya Dipilih Tuhan Yesus untuk mempersiapkan Jemaat yang akan diundang melayani pesta di Sorga. Pesta di Ruangan Maha Kudus di depan Tahta Allah.


Bila mulut saya belum pernah mencium kaki Tuhan Yesus, setan-setan punya hak untuk merobek mulut saya.

Menelisik pengalaman Pendeta Yesaya Pariadji diatas, saya hanya mau tanya..

1). Bagaimana kita tahu bahwa pengalaman itu dari Tuhan Yesus? Ataukah hanya bersifat suatu gejala psikologi atau halusinasi? Sebab banyak pernyataan-pernyataan yang sangat melawan prinsip-prinsip Allkitab.

2). Apakah standard sesuatu pengalaman itu benar adalah Alkitab atau pengalaman pribadi seorang Pendeta yang tidak bisa dijelaskan secara Alkitab sebagai sumber kebenaran yang hakiki?

3). Siapakah yang berhak dan bertugas untuk menyiapkan suatu umat yang akan ke sorga, apakah Tuhan Yesus Kristus melalui Roh Kudus ataukah Pendeta?

4). Adakah di Alkitab pernah menjelaskan mengenai gereja yang bersifat suatu kelompok tertentu ataukah suatu gereja yang dimaksud sebagai tubuh Kristus?

5). Di Alkitab dijelaskan Rasul Paulus ketika melihat sinar kemuliaan NYA pun menjadi buta. Rasul Yohanes mati suri. Tetapi Pendeta Yesaya Pariadji digandeng Tuhan Yesus ke Surga dan dia mencium kaki Yesus.

Bukan saya meragukan pengalaman tersebut, tetapi secara prinsip saya tidak akan terlalu cepat percaya itu pengalaman dari Tuhan sebab tidak ada dasar Kebenaran. Roh Kudus yang akan membawa kita pada pengalaman yang sesuai dengan Firman Allah. Jika itu dari Tuhan puji Tuhan tapi harus ada penjelasan kebenaran. jika tidak, berdoalah dan berjaga-jagalah!

Iman dan kepercayaan kita kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai juru selamat kita yang menyelamatkan. Banyak orang yang sudah bernubuat demi nama Yesus, bernubuat dan membuat mukzisat-mukzisat, tetapi pada akhirnya Tuhan Yesus sendiri berkata, ”Siapakah engkau? Enyahlah dari hadapanku! Aku tidak mengenalmu!”

Renungan Matius 7:15: “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun