Mohon tunggu...
Davin Febrio Putra
Davin Febrio Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Jember

Eksplorasi hal-hal baru dan menulis apa yang menarik bagi saya.

Selanjutnya

Tutup

Money

Mata Uang Yuan Menjadi Mata Uang Internasional

7 Maret 2024   10:27 Diperbarui: 7 Maret 2024   10:30 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Mata uang menjadi salah satu kunci dalam perdagangan internasional yang memiliki peran vital dalam stabilitas ekonomi skala global. Dan dalam beberapa tahun belakangan ini, sengketa antara Amerika Serikat (AS) dan China tidak hanya terjadi dalam politik dan ekonomi, tetapi juga mulai menjarah masuk ke dominasi mata uang. Dolar (AS) yang sekarang ini menjadi mata uang dominan, telah terancam dengan kebangkitan yuan China yang semakin menguat dan siap menggeser posisi tersebut.

            Dimana yuan China sendiri pada Maret 2023 telah menguasai 48,4 persen penggunaan mata uang dalam transaksi internasional. Di sisi lain, dolar (AS) memiliki penguasaan sebesar 46,7 persen. Dan menurut data dari Society for Worldwide Interbank Telecommunication (SWIFT), pangsa transaksi yuan pada Februari 2023 meningkat sebanyak 4,5 persen, dengan dolar menyumbang 83,71 persen. Tidak hanya itu, banyak negara yang mulai melakukan dedolarisasi, salah satunya Argentina. Dan pada April 2023, Argentina berencana membayar 1 miliar dolar nilai impor China dengan yuan. Dimana Argentina melakukan hal terseebut karena berbagai alasan, seperti diversifikasi mata uang dan mengurangi kebergantungan terhadap dolar AS.

            Likuidasi yuan dan peran China dalam pasar global juga menjadi salah satu faktor dalam pergeseran mata uang ini. Mengingat posisi China dalam perdagangan global, tidak mengherankan jika mereka menjadi aktor utama dalam upaya dedolarisasi ini. Sehubungan dengan hal ini, menurut data International Monetary Fund (IMF), China adalah mitra dagang terbesar bagi 61 negara dalam impor dan ekspor. Dimana Amerika Serikat sendiri hanya menjadi mitra dagang terbesar bagi 30 negara. Oleh karena itu, sesuai dengan data sebelumnya, penggunaan mata uang yuan meningkat pada Maret 2023 dan berhasil menekan penggunaan dolar sebagai mata uang dalam transaksi dagang internasional. Dan tidak hanya itu, China juga melakukan berbagai cara untuk menginternasionalkan yuan. Pada Januari 2023, China memperpanjang waktu trading untuk yuan dari pukul 11:30 pm menjadi 03:00 am. Cara ini memberikan kesempatan pada investor ataupun trader negara lain berbisnis menggunakan yuan lebih lama. Hasil dari cara itu telah dijabarkan oleh Bank for International Settlements (BIS), dimana yuan menjadi mata uang dengan pertumbuhan paling cepat dari 39 mata uang lainnya. Setelah perpanjangan ini, rata-rata penggunaan yuan meningkat sebanyak 70 persen atau 526 miliar dolar per hari.

            Selain perpanjangan waktu trading untuk menyaingi dolar, China juga berusaha menghilangkan dolar AS dalam perdagangan negara lain. Salah satu negara tersebut adalah Brasil, yang pada Maret 2023 melakukan kesepakatan dengan China untuk menggunakan mata uang mereka (yuan) dalam perdagangan mereka. Sebelum Brasil, China juga menjalin kerja sama dengan Rusia untuk mengurangi dolar dalam perdagangan mereka. Bahkan China juga menjalin kerja sama dengan negara ASEAN. Lebih tepatnya yaitu negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan). Pertemuan kerja sama ini terjadi pada Agustus 2023.Dan pada pertemuan, mereka sepakat untuk megurangi penggunaan dolar dan meningkatkan penggunaan mata uang lokal atau Local Currency Transaction (LTC). Hal ini dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap dedolarisasi, Dimana permintaan dolar dapat menurun karena penggunaan dolar dalam perdagangan negara-negara tersebut akan berkurang. Dan negara-negara ASEAN dan BRICS akan semakin tidak bergantung pada dolar AS yang semakin menurunkan penggunaan dolar sebagai mata uang dominan.

            Dengan banyaknya negara yang berusaha mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dan berusaha melakukan Local Currency Transaction (LtC), dedolarisasi ini pun juga muncul dengan beberapa kendala. Menurut ahli ekonomi Amerika Serikat Joseph Stiglitz, dolar AS sebagai mata uang cadangan atau reserve currency akan sulit digantikan. Karena menurutnya, psikologi dibalik penggunaan dolar AS akan sulit untuk diubah. Dimana persepsi dolar AS sebagai mata uang yang kuat atau aman akan susah untuk diubah, bahkan dominasi dolar AS pada saat ini terjadi karena persepsi itu sendiri. Dolar AS dalam transaksi juga telah lama menjadi mata uang yang dominan. Hal ini bisa terjadi karena kekuatan militer dan politik Amerika Serikat yang kuat. Negara-negara yang memang dekat dengan Amerika Serikat juga kerap menggunakan dolar dalam perdagangan mereka sebagai bentuk dari hubungan politik dan diplomasi yang mereka miliki. Dominasi dolar ini juga dipengaruhi oleh budaya Amerika Serikat yang mendunia. Pengaruh budaya ini menyebabkan banyak orang tertarik pada aset dan investasi yang dimiliki Amerika Serikat, yang secara langsung meningkatkan permintaan dolar AS.

            Tetapi Stiglitz mengatakan bahwa dalam hal transaksi, dominasi dolar dapat tergeserkan, atau tidak menjadi mata uang dominan yang digunakan oleh negara-negara di luar Amerika Serikat. Karena itulah, Stiglitz tidak heran jika banyak negara yang menerapkan Local Currency Transaction (LTC) pada perdagangan antar negara mereka. Stiglitz juga mengatakan dengan dilakukannya LTC, hal ini akan memudahkan negara-negara untuk berdagang dan mampu mengikis resiko yang datang dengan menggunakan. Dan sesuai dengan dengan teks sebelumnya, mata uang yuan memiliki potensi sebagai uang dominan, terlihat dari cara-cara yang diambil oleh China. Seperti pemanjangan waktu trading, menunjukkan hasil bahwa adopsi yuan yang lebih luas dalam bisnis internasional meningkatkan volume perdagangan secara signifikan. Meski demikian, dedolarisasi ini mampu membuka peluang untuk mata uang lain bersaing dalam perdagangan internasional.

            Berdasarkan hasil yang sebelumnya dijabarkan, sudah banyak negara yang mengadopsi yuan dan/atau melakukan dedolarisasi dalam perdagangan mereka. Salah satu negara tersebut adalah Indonesia. Dimana ketika Indonesia dan China melakukan perdagangan, mereka akan menggunakan mata uang mata uang lokal mereka masing, yaitu rupiah dan yuan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kebergantungan kepada dolar dan menjaga stabilitas masing-masing mata uang. Dan tidak hanya Indonesia saja, negara-negara dari ASEAN juga melakukan Local Currency Transaction dalam perdagangan mereka sebagai upaya dedolarisasi dan mengurangi ketergantungan kepada dolar AS di negeri mereka masing-masing. India pun juga melakukan Local Currency Transaction sebagai usaha mereka untuk dedolarisasi di negara mereka.

           

            Dalam beberapa tahun belakangan ini, Amerika dan China telah bersaing dalam dominasi mata uang. Bangkitnya yuan sebagai calon mata uang dominan yang baru telah mengancam posisi dolar AS sebagai mata uang yang dominan. Demi memperkuat posisi yuan, China melakukan berbagai macam cara, salah satunya ialah memperpanjang waktu trading yuan pada Januari 2023 dan bekerjasama dengan berbagai negara untuk melakukan Local Currency Transaction (LTC) sebagai upaya dedolarisasi di negara-negara tersebut. Dan dampaknya, pada Maret 2023 penggunaan yuan dalam perdagangan internasional berhasil melebihi dolar as. Dimana yuan mencapai 48,4 persen penggunaan, sementara dolar mencapai 46,7 persen penggunaan. Meskipun upaya dedolarisasi ini muncul dengan berbagai kendala, negara-negara yang merupakan anggota BRICS dan ASEAN telah melakukan Local Currency Transaction demi mengurangi kebergantungan mereka terhadap dolar AS, menstabilkan mata uang lokal mereka, dan sebagai upaya dedolarisasi mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun