Mohon tunggu...
david julianto
david julianto Mohon Tunggu... Sejarawan - Penulis/Jurnalis Amatir

Proud to be Indonesians, 1998. Sports, Reading, Traveling, i could speak english, but not fluent like english letters students or a 4 years old kid who lived at Birmingham City. Fresh Graduate Student of History Sciences.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Candi Indonesia Sebagai Bentuk Kemajuan Teknologi Arsitektur pada Masa Klasik

22 Agustus 2020   17:30 Diperbarui: 22 Agustus 2020   17:32 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Davit Yuliyanto

Indonesia baru saja merayakan kemerdekaannya yang ke-75, momen kemerdekaan ini dimanfaatkan pemerintah untuk kembali mengingatkan kepada masyarakat tentang jargon 'Indonesia Maju' yang diharapkan dapat dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara maju pada 2045. 

Jika kita menarik mundur pada era klasik tepatnya pada abad 7,8 dan 9, Indonesia yang pada saat itu masih bernama Nusantara menjadi salah satu 'negara' maju dibidang Arsitektur/Bangunan. 

Hal tersebut dapat kita lihat dari berbagai bangunan -- bangunan besar yang dibangun oleh kerajaan -- kerajaan Hindu dan Budha yang kita kenal dengan candi. Fenomena hadirnya candi di Indonesia menegaskan peran arsitek dalam membangun Candi yang begitu megah bahkan menjulang tinggi.

Jika kita membicarakan candi di Indonesia, pasti tidak jauh dari Candi Prambanan dan Candi Borobudur yang telah dinobatkan oleh UNESCO sebagai "world heritage". Kedua candi ini adalah bukti bahwa nenek moyang bangsa Indonesia telah memiliki teknologi yang sangat maju terutama dibidang arsitektur. 

Hadirnya Candi Prambanan masih sering dihubungkan dengan cerita rakyat tentang kisah Bandung Bondowoso yang membangun 1000 candi dalam satu malam untuk syarat pernikahan dengan Roro Jonggrang. Namun seperti cerita rakyat pada umumnya, kisah ini hanyalah sebuah dongeng semata dari mulut ke mulut yang kebenarannya masih belum bisa dibuktikan. 

Candi Prambanan didirikan oleh Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya  kurang lebih 856 M  (Sumartono, 2009: 45) yang dipersembahkan untuk Trimurti yang berarti 3 dewa utama, yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wisnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah yang juga menjadi dewa utama di Candi Prambanan.

Buku ini menjelaskan bagaimana teknologi pembangunan serta gaya arsitektur yang hadir di Candi Prambanan dan Borobudur menunjukkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia telah mempunyai pengetahuan yang sangat maju dalam menciptakan sebuah bangunan monumental. 

Selain itu, pembangunan candi -- candi besar seperti Sewu, Borobudur, dan Prambanan terjadi hampir diwaktu yang bersamaan, dalam hal ini mengindikasikan bahwa pembangunan dilakukan oleh ratusan bahkan ribuan tenaga kerja yang memiliki skill dan manajerial proyek yang sangat baik.

Dalam pembangunan Candi Prambanan tentu dibutuhkan transformasi teknologi, khususnya perubahan dari candi-candi kecil ke candi-candi besar, di zaman itu (abad 7,8,9) tentunya belum ada alat -- alat seperti crane untuk membangun bangunan tinggi, tetapi para leluhur bangsa Indonesia sudah bisa mendirikan bangunan yang berbentuk menara setinggi 47 meter atau setara gedung 10 lantai.

Candi utama Prambanan yang dikhususkan dewa Siwa dengan tinggi 47 Meter (SHUTTERSTOCK/WINDU_DOLAN)
Candi utama Prambanan yang dikhususkan dewa Siwa dengan tinggi 47 Meter (SHUTTERSTOCK/WINDU_DOLAN)
Hadirnya buku ini juga ingin mengungkapkan bahwa bangunan Candi di Indonesia tidak hanya dapat dinilai pada sisi Arkeologis saja, tetapi juga dari sisi Arsitektural baik kerangka dasar bangunan, kerangka tengah, kemuncak diatas, dan berbagai ornament -- ornament lainya. Hal itu mengindikasikan candi sama seperti bangunan lain pada umumnya, sehingga tidak bisa dinilai dari sisi statis tetapi juga bisa dinilai dari sisi dinamis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun