Mohon tunggu...
David F Silalahi
David F Silalahi Mohon Tunggu... Ilmuwan - ..seorang pembelajar yang haus ilmu..

..berbagi ide dan gagasan melalui tulisan... yuk nulis yuk.. ..yakinlah minimal ada satu orang yang mendapat manfaat dengan membaca tulisan kita..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mohon Maaf Para Orangtua dan Murid Kami, "Kesulitan" Mengajar Online Pun Kami Alami

30 Juli 2020   19:32 Diperbarui: 31 Juli 2020   18:35 2780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mengajar daring (Sumber: voaindonesia.com)

Curhat para guru

Pada satu grup WhatsApp keluarga, saya menbagikan tulisan sebelumnya yang menjadi Artikel Utama, yaitu: Maaf Bu Guru, Hari Ini Anak Kami Absen Dulu juga Ayah, Kami Bosan Belajar Online Tiap Hari!

Beragam komentar muncul. Kebetulan yang berprofesi guru banyak dalam keluarga besar kami. Akhirnya keluar juga curhatan-curhatan pengalaman menjadi guru selama penerapan Belajar Dari Rumah (BDR) atau Pembelajaran Jarak Jauh (PPJ).

Ada yang mengeluhkan bahwa selama pandemi, belajar online ini membuat ibu guru tidak sempat memasak untuk keluarganya di rumah. Jika beli makanan dari luar, akan menambah pengeluaran. 

Ada juga yang membuat video rekaman bahan ajar berulang-ulang, gegara ada "suara bocor" dari pesawat lewat dan kereta api lewat, karena rumahnya di dekat rel dan dekat bandara. Waktu tersita karena harus mengulang lagi dan lagi. 

Ada juga yang mengungkapkan kuota internet sangat boros saat mengajar online. Berjam-jam mengajar live dengan video conference bisa menghabiskan kuota 5 Gigabyte per hari. Lalu ada juga siswa yang mematikan fitur video saat belajar online, lantas ditinggal main game oleh siswanya. Seolah tidak menghargai guru yang mengajar.

Mengajar online (Sumber: wickr.com)
Mengajar online (Sumber: wickr.com)
Ada juga yang curhat, gaji akan dikurangi 10% agar yayasan sekolah tetap bertahan, mengingat banyaknya tunggakan uang sekolah siswa yang belum dibayar.

Saya membayangkan, tidak hanya guru di keluarga kami, namun hal ini juga dialami guru-guru di tempat lain. Bahkan kesulitan-kesulitan yang lebih dari itu. Jadi susah payah demi PJJ ini pun dialami para guru.

Kurikulum belajar darurat pandemi

Keadaan terkini memberi sinyal bahwa perlu ada suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tingginya ekspektasi orangtua dan siswa terhadap belajar online yang berkualitas. Orangtua berharap bahwa belajar online ini tidak sekadar melaksanakan kewajiban belajar dari si anak dan kewajiban mengajar para guru. 

Orangtua juga berharap anak-anaknya tidak hanya dibebani tugas, yang dirasa memberatkan, menambah beban bagi orangtua karena minimnya penjelasan cara pengerjaannya. Anak-anak menjadi bosan dan jenuh saat pelajaran tidak lagi menarik bagi mereka. Ini perlu ada terobosan baru.

Kurikulum darurat pandemi perlu dibuat, agar guru-guru pun punya ruang untuk menyesuaikan. Tidak terpaku pada pakem kurikulum masa biasa sebelum pandemi. Misalnya jam mengajar boleh dikurangi agar siswa tidak harus berjam-jam di depan layar ponsel atau laptop. Kan berbahaya juga untuk kesehatan mata sang guru atau murid-muridnya.

Atau misalnya guru-guru sekolah yang dianggap paling siap dalam kegiatan belajar mengajar online, dijadikan acuan dalam lingkup kecamatan misalnya. Mengingat adanya batasan jumlah peserta kelas online. Ada sekolah-sekolah yang dijadikan champion untuk jadi pengajar. 

Anak belajar online di rumah (Foto:Shutterstock/Kumparan.com)
Anak belajar online di rumah (Foto:Shutterstock/Kumparan.com)
Misalnya dari hasil evaluasi masa PSBB, ada suatu sekolah yang dinilai cara belajar online yang disukai para murid, baik dari segi materi paparan yang menarik, cara penyampaian yang interaktif, durasi yang tidak terlalu lama namun efektif. 

Nah bisa saja, sekolah ini saja yang dijadikan champion, jadi pengajar utama, kan pada prinsipnya kurikulum sama. Tidak ada salahnya rujukannya satu saja. 

Sekolah champion ini mengajar, lalu siswa sekolah lain dalam satu kecamatan, diajak bergabung di kelas online yang sama. Yang sama-sama kelas 1 SD ikut program kelas 1 SD, kelas 6 SD ikut program kelas yang sama, dan seterusnya. Begitu juga yang SMP, SMA juga menerapkan hal sama.

Ini kan bisa menghemat tenaga para guru. Bisa juga dilakukan bergantian antar sekolah. Kan pada prinsipnya materi ajar juga sama. Atau jika tidak bergantian, maka sekolah champion tadi diberikan insentif tambahan misalnya.

Guru yang tidak kebagian giliran mengajar bisa melakukan, misalnya kunjungan siswa-siswanya secara sampling, untuk melihat apakah ada kesulitan-kesulitan siswanya, yang bisa dicarikan solusi.

Perlu insentif dan peningkatan kualitas mengajar online

Kondisi new normal ini memang memaksa semua guru untuk kreatif membuat bahan ajar dan cara mengajar yang mampu menarik minat siswa. Tidak mudah memang, karena pada masa perkuliahannya, mengajar online tidak dipelajari khusus saat menempuh pendidikan sarjana keguruan. Jadi kita tidak bisa mengharapkan guru tiba-tiba mampu menyesuaikan diri. 

Banyak guru-guru yang berkualitas saat mengajar biasa di kelas, namun mengalami kesulitan saat harus mengajar online. Ini juga perlu dimaklumi. Ini pula harus ditangkap oleh Universitas atau Sekolah Tinggi Keguruan, agar menjadikan mata kuliah mengajar online salah satu kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan guru.

Nah untuk itu, akan sangat baik jika Pemerintah melalui Kemdikbud dan Dinas Pendidikan setempat, memberikan pelatihan-pelatihan bagi para guru. Agar semakin berkualitas lagi bahan ajar pun cara penyampaiannya saat mengajar online.

Tentu jangan hanya kualitas guru yang dituntut, perlu juga kesejahteraannya diperhatikan. Insentif tambahan bisa diberikan, terutama guru-guru swasta yang banyak mengalami potongan gaji demi sekolahnya tetap bertahan. 

POP Kemendikbud (kompas.com)
POP Kemendikbud (kompas.com)

Program Organisasi Penggeraknya Mas Menteri rasanya sangat bisa diterjunkan untuk mengevaluasi dan membantu meningkatkan kualitas Pembelajaran Jarak Jauh pada masa pandemi ini.

Terima kasih para guru yang juga bersusah payah mengajar anak-anak bangsa. Tetap semangat! Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun