Hingga meninggal dunia, Soeharto tidak pernah diadili. Pers bebas yang menjadi salah satu tuntutan reformasi justru dibelokan menjadi pers konglomerasi. Amandemen UUD 1945 yang dimaksudkan untuk memperkuat pemenuhan hak-hak sipil/politik dan sosial-ekonomi  rakyat telah  kandas. Hak-hak rakyat secara sosial dan ekonomi justru diperlemah seiring diakomodasinya ide ekonomi pasar pada pengaturan ekonomi di UUD 1945 yang sejatinya bercorak sosialis.
Kini 20 tahun sudah reformasi diamputasi. Gerakan reformasi yang layu sebelum berkembang. Soeharto memang sudah turun, tapi justru turunnya Soeharto menyelamatkan bahkan memperkuat model pembangunan Orde Baru itu sendiri. Kini, 20 tahun sudah berlalu. Saat ini justru sebagian orang menyatakan bahwa Soeharto adalah presiden yang paling berhasil.Â
Lewat survei yang digelar Indo Barometer, nama Soeharto muncul sebagai presiden paling berhasil selama memimpin negeri ini. Berdasarkan survei yang dilakukan pada 15-22 April 2018, Soeharto menempati posisi pertama sebagai presiden paling berhasil dengan 32,9 persen responden yang memilih, lalu Sukarno di posisi kedua dengan 21,3 persen. Ini adalah pertanda bahwa reformasi memang sudah menjadi mati. Dan saya hanya sekedar menjadi saksi jatuhnya Soeharto dari kursi kepresidenan bukan menjadi saksi dari tumbangnya model pembangunan Orde Baru yang kapitalistik, korup dan menindas.
Â