Mohon tunggu...
Firdausi Nuzula
Firdausi Nuzula Mohon Tunggu... Jurnalis - Anak laut

selembut air

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kompasianival 2016: Memetik Rangkaian Inspiratif dari Budi Suhardi

8 Oktober 2016   22:27 Diperbarui: 9 Oktober 2016   00:23 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hidup ini tak perlu meminta donasi, kita sendiri pun bisa menciptakannya".

Kalimat ajaib yang di lontarkan Budi Suhardi di acara  kompasianaval 8 oktober 2016 di gedung Smesco Jakarta selatan. Membuat peserta penduduk kompasianer pun tersentuh akan nilai kepedulian sesosok Budi. Baginya, nilai kepedulian kepada sesama adalah wujud budi luhur jati diri manusia.

Belajar Kepedulian dari Budi Suhardi

Ditengah-tengah gejolak riuh rendah dan hiruk pikuknya topik tentang rendahnya moral yang tengah melanda negeri ini, ditengah begitu banyaknya orang yang hanya "omong besar" tanpa kelihatan karyanya, ternyata muncul seorang Budi Suhardi  yang membawa nilai kemanusiaan yang tinggi.

Budi Suhardi, seorang pria Indonesia berumur 59 tahun, dengan pengalaman sebagai Captain Pilot di Singapore Airlines, selama lebih kurang 11 tahun tinggal di Singapura. 

Pria ini meninggalkan kehidupan yang "glamour" dan"luxurious" di negara kota mewah Singapura, bersama Peggy sang isteri dan tiga anaknya. Mereka kemudian lebih memilih tinggal di Penfui timur, Kupang, dengan membangun rumah Panti Asuhan yang diberi nama "Roslin" untuk menampung anak-anak terlantar yang sebagian besar dari pengungsi TImtim, sebagai akibat dari proses merdekanya Timor Timur. Mengangkat 48 anak terlantar, memeliharanya dengan tanpa perbedaan dengan anak kandung sendiri.

Sulit dibayangkan, seseorang yang berada dalam gemerlap kehidupan yang"Sangat Wah" di kota metropolitan, banting stir untuk hidup di Kupang bersama 48 anak terlantar yang compang camping, yang kehilangan kasih sayang orang tuanya.

Kehidupan "Sangat Wah" membuat mereka dapat bepergian kemana saja diseluruh dunia menggunakan "first class" ticket dari Maskapai berkelas dunia !   Dan itu tidak dilakukannya. Tiada ada kata yang lebih tepat dari "kemauan keras untuk mengabdi"  bagi sesama.   Gambaran dari moral yang sangat tinggi yang tidak dapat dinilai dengan ukuran "materi".

Betapa kontrasnya hal ini. Demi dan atas nama kemanusiaan. Saya menilai bahwa dirinya beserta Peggy sang isteri dan ketiga anaknya adalah orang-orang yang benar-benar tulus dan berhati mulia. Orang-orang yang tidak banyak omong, akan tetapi langsung berbuat untuk mengangkat harkat sesama, menyelamatkan "masa depan suram" dari anak-anak yang terpaksa hidup tanpa belas kasih ayah dan ibunya. Sampai sekarang panti asuhan yang dirintis Budi Suhardi telah mencetak beberapa anak-anak kampung menjadi orang- orang berguna di negeri ini setelah Budi mendapat penghargaan di pentas CNN Hero of the Year 2009 silam.

Kompasianival 2016, semoga saya dapat belajar banyak  dari makna berbagi. Sebagai muslim yang taat, bahwa berbagi adalah pekerjaan ibadah terberat dari sekian banyaknya rentetan ibadah dalam Islam.

Terimakasih Pak Budi Suhardi yang yang telah mencairkan hati keras ini. Sekalipun Pak Budi penganut agama keristen bagiku anda adalah inspirator besar di abad ini. Dan saya hanya dapat belajar  dari Pak Budi tentang semangat mewakafkan hidup dari sisi panggilan kemanusian.

@daunpisah

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun