Mohon tunggu...
Nganu Reeves
Nganu Reeves Mohon Tunggu... Ilustrator - "Aku Cemburu Memandangmu Cekikikan Bersama Dengannya"®

Cuma seorang nganu. Wajah baru nganu lama. Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya dalam berbagai proyek, termasuk mencari uang atau dalam lingkup kerja meskipun hanya proyek sosial, walaupun dengan melampirkan sumber atau tidak TANPA IZIN TERTULIS. Penyebaran hanya dengan tombol share.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Apakah Kita Berwawasan Teknis?

25 April 2021   11:27 Diperbarui: 27 April 2021   07:30 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum bilang gitu, mbokyao dilihat dulu ini tempat printing sedang sepi atau nggak. Jika sedang ramai dengan banyak konsumen, file yang dikau kirim untuk segera dicetak pun bisa tertunda besok atau lusa karena antrian. Dipikir mesin dan pegawai pun tak perlu istirahat apa? Apalagi jumlah pegawai minimalis karena si bos yang perlu untung lebih besar pun malah menyebabkan kerunyaman tersendiri: karyawan mengerjakan banyak sekali pekerjaan sehingga sulit dicari siapa yang paling bertanggungjawab terhadap hasil akhir yang diterima oleh konsumen. Karena masing-masingnya lupa saking banyaknya.

Jika sedang sepi ditunggu pun bisa. 

Dan bulan lalu saya juga mendapati hasil cetakan brosur yang lebih gelap dari semestinya. Di dunia percetakan offset, ada keharusan menaruh cross dan gradasi warna pada masing² warna tinta untuk mengetahui jenjang warna 10-100%. Dari sini bisa diketahui bahwa kadang warna bisa over atau berlebih dan perlu di-adjust di mesinnya untuk mendapat hasil cetak yang diharapkan. Disinilah peran operator mesin cetak offset yang lebih krusial dibanding operator digital printing. Mereka yang tahu bagaimana runtutan kerja begini mungkin bisa komplain pada orang yang tepat, dan seorang desainer hanya bertugas merancang apa yang dapat dilihat sebagai preview untuk konsumennya, bukan ranahnya mengutak-atik mesin cetak dengan output brosur tadi. Berbeda halnya jika desainer meneruskan komplain konsumen tadi ke pihak percetakan supaya ditindaklanjuti.

Marketing adalah dunia yang butuh pemahaman tentang produk dengan sedetailnya di awal. Tak hanya produk sendiri, kadang juga produk kompetitor karena konsumen suka membandingkan. Tapi terutama memang lebih diutamakan tentang product knowledge dari apa yang akan kita jual. 

Seorang leader bersikukuh untuk mengulang-ngulang apa yang sudah disampaikan di awal. Alasannya, jika banyak menerima materi yang baru akan 'pecah kepala' untuk mencerna. Saya pikir, dijelaskan dengan sejelasnya di 4 hari pertama mungkin agak menolong bawahannya untuk menggaet konsumen. Karena penerimaan dan daya tangkap marketer tidak sama, namun ada yang lebih butuh wawasan baru ketimbang materi yang itu-itu saja. Praktis, saya baru memperoleh hal baru 2 minggu setelahnya. Dimana saya kehabisan modal (baca: uang makan dan transport) dan memutuskan resign, sementara pemikiran saya konsumen juga butuh edukasi secara tidak langsung (karena sebagai tenaga marketing sebuah pialang kan harus punya skill pakem memanfaatkan laju candlestick supaya tidak loss), lebih agar mereka tertarik.

Di lain tempat, saya juga malah pingin misuh-misuh dengan manajer marketing (tapi otaknya entah dipakai atau tidak). Dia (saya malas pake kata 'beliau-beliauan' buat seseorang yang entah) menggampangkan juga ketika saya tanya tentang spesifikasi komputer yang harus dipersiapkan guna menyunting video atau apapun untuk promosi tempat kerja. Saya bilang dia tidak tau apapun soal perangkat.

Gampang kok mas, nggak perlu desain yang wah. Pokoknya pesan tersampaikan. Sebelumnya, si bos bilang jika gaji saya bisa dipending jika saya tak bisa mendapat siswa terkait posisi saya sebagai digital marketing. Ternyata setelah saya menyanggupi untuk kerja disitu komputer laptop pun harus modal sendiri. Dan saat itu pas berat dan lemot entah mengapa. Beberapa waktu pasca saya hengkang dari situ baru ketahuan komponen yang error adalah VGA Card-nya.

Seorang rekan kerja menasihati saya jika macbook-nya selalu diinstal ulang tiap tahun untuk menjaga kondisinya. Rupanya dia lupa juga bahwa komputer itu terdiri dari hardware selain software. Ketika komponen hardware bermasalah, solusinya pun bukan menginstal ulang (karena meski 1000x pun tak akan berhasil) tapi harus mengganti komponen hardware. Dan harus beli.

Tau gitu kemarin mestinya ngomong komputer harus punya sendiri. Jadi saya pun tak perlu masuk ke sana karena di saat yang bersamaan ada panggilan interview di tempat lain.

Komputer kantor teronggok hanya satu, RAM hanya 2GB untuk dibuat video editing. Sedangkan tenaga digital marketing-nya sendiri ada 4 orang. Masa komputer 1 harus digunakan gantian oleh 4 orang? Bagaimana kerja simultan di depan media sosial jika komputer saja harus gantian? Sistem pada PC berbeda dengan ponsel dan kebutuhan untuk lebih besar.

Lagipula, sesederhananya spesifikasi PC  untuk editing video, RAM komputer yang diperlukan untuk kerja cepat mungkin sekitar 8GB sesuai standar masa kini. Itu pun masih harus dibagi dengan sistem operasi dan berbagai pernik software yang berjalan di latar belakang macam firewall, pengelola sumber daya, antivirus dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun