Asap membumbung tinggi dari kejauhan. Pucuk -- pucuk pohon besar perlahan tumbang satu demi satu. Ratusan prajurit kerajaan itu merusak kebun kecil dan tempat lain di desa itu.
Banyak orang berlari meninggalkan desa itu. Ada yang masih bersama keluarganya. Namun tak sedikit yang terpisah dari rombongan dan berlari sendiri.
Salah satu dari mereka adalah si nona. Wanita muda itu menyelamatkan diri ke dalam hutan. Ia pergi kesana setelah melihat kebun yang dirawatnya hangus dibakar prajurit itu.
Dalam hatinya, ia marah, sedih sekaligus takut. Para pasukan itu tak hanya merusak kebun kesayangannya, tapi juga menghancurkan mimpinya. Keinginan untuk menghiasi desa itu dengan banyak tanaman telah sirna.
Saat ia menangisi cita-citanya yang gagal, datanglah seutas sulur tanaman dari dalam hutan itu. Sulur tanaman itu seperti seekor ular kecil, bergerak melata menuju si nona.
"Kenapa kau menangis?" tanya sulur itu.
"Mimpiku hancur. Aku gagal membangun desa itu dengan tanaman." Kata si nona.
"Kasihan sekali. Kenapa bisa begitu?"
"Tentara itu membakar kebunku! Mereka juga merusak desa tempat tinggalku!"
Sulur itu berkata lagi.