Investasi swasta juga mendorong tercifta ekosistem ekonomi sirkular berbasis inovasi dan teknologi yang mempercepat transisisi ke ekonomi kompetitf dan berkelnjutan. Kolaborasi pemerintah dan swasta dalam pembangunan infrastruktur akan meningkatkan efesiensi dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Kombinasi ini diharapkan menghasilkan efek pengganda (multiplier effect) berdampak besar pada pertumbuhan ekonomi nasional dan kesejahteraan masyarakat.
Namun dalam konteks konglomerasi dan oligarki, pemberian keleluasaan kepada swasta dapat menyebabkan kekayaan yang dihasilkan dari pertumbuhan ekonomi cenderung tertahan di puncak piramida, tidak menetes, tidak terwujud "Trickle Down Effect", Â kelompok konglomerat atau oligarki sering mengalokasikan kelebihan modal mereka ke sektor tidak memberi manfaat bagi rakyat kecil, mereka investasi padat modal dan berteknologi tinggi.
Konsentrasi kekayaan, dominasi pasar, dan intervensi politik oleh konglomerasi  atau kelompok elit ternyata memperparah kesenjangan ekonomi, dan upaya mengentaskan kemiskinan sulit dilakukan.Â
Oleh karena itu diperlukan antithesa yang berorientasi kepada pembangunan ekonomi yang berorientasi kepada rakyat, kesejahteraan bersama, atau model bisnis inklusif menganut New Institusional Economics / NIE (Ekonomi Kelembagaan) yang pada intinya mengatakan Institusi atau Kelembagaan seperti badan investasi (Sovereign Wealth Fund) yang berperan mengelola asset negara untuk pertumbuhan ekonomi, maupun Koperasi dapat berfungsi untuk pemerataan ekonomi dan pemberdayaan komunitas, dan model bisnis inklusif.
Model bisnis inklusif merupakan mekanisme yang menjadikan pertumbuhan ekonomi menciftakan "Build Up Effect atau "Percolation Effect" atau "Muncrat Keatas", bukan "Menetes ke Bawah (Trickle Down Effect).
STRATEGI JALAN TENGAH
Sebagai antithesa pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan fenomena konglomerasi yang tidak menimbulkan Trickle Down Effect dan terkonsentrasinya kekayaan di puncak piramida, pendirian Badan Pengelola Investasi seperti Danantara dan Koperasi Merah Putih selaras dengan aliran pemikiran ekonomi inklusif, kedua lembaga ini merupakan sebagian upaya untuk menjadikannya katalisator pertumbuhan ekonomi yang berorientasi kepada terjadinya pemerataan manfaat pertumbuhan ekonomi.
Konektivitas dan entitas pembiayaan Danantara terhadap Koperasi Merah Putih akan berfungsi sebagai instrumen Bottom-Up Economic Empowerment efektif. Koperasi sebagai pusat aktivitas ekonomi di desa sebagai lembaga keuangan mikro,distribusi dan produksi sangat cocok dan tepat meningkatkan partisipasi ekonomi masyarakat dan mengatasi hambatan struktural selama ini.
Koperasi tidah hanya mendorong pertumbuhan ekonomi regional dan nasional tetapi bermanfaat terhadap mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang adil dan merata, memutus mata rantai kemiskinan, dan memperkecil kesenjangan ekonomi. Koperasi ini juga berfungsi memfasilitasi optimalisasi potensi sumberdaya lokal sehingga menjadikan desa sebagai sentra produksi.
Pemberdayaan Koperasi dan Danantara ini dapat dikatakan sebagai sebuah pergeseran paradigma lama yang fokus kepada pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) menjadi pemikiran pertumbuhan ekonomi harus berkelanjutan dan terdistribusi secara luas ke seleruh masyarakat, menciftakan peluang bagi semua orang, terutama kelompok terpinggirkan dan orang miskin. Secara eksplisit hal ini dirancang sebagai institusi demokrasi ekonomi inti dari model ekonomi inklusif.