Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menelisik Fenomena Angka Kelahiran di Jakarta Rendah

7 Februari 2025   21:57 Diperbarui: 8 Februari 2025   15:48 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi keluarga | Freepik/tirachardz

Telah terjadi pergeseran signifikan angka kelahiran anak di Jakarta saat ini, mengalami penurunan jumlah drastis dibandingkan wilayah lain di Indonesia dilihat dari jumlah rata-rata anak yang lahir dari perempuan usia subur atau masa reproduksi.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, TFR (total fertility rate) atau rata-rata jumlah anak dilahirkan perempuan usia subur (15-49 tahun) di Jakarta tahun 2020 hanya sebesar 1.75.

Mempergunakan rumus TFR, angka TFR lebih besar dari 2,1 sebagai indikator bahwa jumlah populasi akan stabil, sebaliknya jika angka TFR di bawah 2,1 maka jumlah populasi akan menyusut atau berkurang dari jumlah sebelumnya.

Angka TFR tahun 2020 Jakarta sebesar 1,75 merupakan angka terendah di Indonesia dibandingkan dengan wilayah lain di seluruh Indonesia. TFR ini lazim dipergunakan sebagai alat memprediksi pertumbuhan jumlah penduduk suatu wilayah.

Berarti berdasarkan data BPS menggambarkan TFS di Jakarta rendah sebagai salah satu indikator tengah terjadi pengurangan jumlah kelahiran anak di ibukota, karena menurut data BKKBN angka TFR Indonesia sebesar 2,14.

Fenomena ini menarik diperbincangkan karena Jakarta merupakan pusat pemerintahan, dan selalu dijadikan pola anutan bagi seluruh wilayah Indonesia. Sehingga wajar muncul pertanyaan, apakah penurunan jumlah kelahiran anak di Jakarta layak dijadikan barometer bahwa masyarakat Indonesia saat ini semakin enggan memiliki anak dalam jumlah besar?

Angka TFR Jakarta sebesar 1,75 dimaknai bahwa perempuan di Jakarta hanya melahirkan rata-rata 1 anak. Daerah lain nilai TFR-nya 2 berarti di sana rata-rata melahirkan anak 2.

Menurunnya angka kelahiran anak di Jakarta tidak bisa dipatok dalam satu defenisi bahwa perempuan berusia subur di Jakarta tengah menganut trend enggan memiliki anak, atau membatasi jumlah anak dilahirkan.

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadi penguranan jumlah anak yang lahir, misalnya pengaruh faktor sosial, ekonomi atau tingkat pendapatan, Tingkat pendidikan dan kemudahan terhadap akses layanan kesehatan.

Sebagai pusat pemerintahan dan pusat bisnis, perempuan di Jakarta memiliki persentase tinggi memiliki pendidikan, sehingga usia memasuki jenjang pernikahan lebih sering dilakukan pada usia matang. Misalnya di atas usia 30 tahun, dan perempuan di Jakarta juga cenderung mengutamakan karir dahulu sebelum memikirkan perkawinan, termasuk untuk mengutamakan kemapanan secara finansial.

Bagi perempuan yang berpendidikan di Jakarta juga memiliki akses sangat terbuka terhadap pelayanan kesehatan untuk merencanakan kelahiran anak, baik untuk membatasi jumlah anak maupun untuk mempergunakan kontrasepsi.

Semakin tinggi pendidikan perempuan memang sebagai salah satu hambatan bahkan ancaman terjadinya penurunan secara signifikan jumlah anak lahir.

Namun diperlukan penelitian lebih spesifik untuk mengetahui lebih jauh apakah penurunan jumlah kelahiran anak di Jakarta saat ini benar karena faktor rasional atau direncanakan secara matang seperti diuraikan di atas, atau justru yang terjadi sesungguhnya telah terjadi "Resesi Sex",  atau keenganan menikah, keengganan memiliki anak, atau terjadi penurunan aktivitas dan mood pasangan suami istri melakukan hubungan seksual.

Resesi seks yang diakibatkan turunnya mood melakukan hubungan seksual merupakan fenomena mengkwatirkan karena berkaitan erat dengan kemampuan memahami dan memaknai arti perkawinan sesungguhnya. Atau telah terjadi pergeseran kemampuan membina hubungan di antara pasangan suami istri karena pengaruh kondisi sosial ekonomi.

Kini telah banyak negara mengkwatirkan terjadi trend resesi seks, khususnya oleh Jepang, Amerika dan China yang dianggap sangat berpengaruh terhadap penurunan jumlah penduduk, dan berkurangnya jumlah angkatan kerja.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun