Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Historisitas dan Relevansi Valentine Day di Tengah Trend Kehidupan Soliter dan Individualisme

13 Februari 2023   14:48 Diperbarui: 13 Februari 2023   15:00 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenapa Cinta dan Benci Kerap Disebut Beda Tipis ?. Sumber Foto : Kompas.Com

Dalam versi lain ada keyakinan bahwa 14 Februari ditetapkan sebagai hari Valentine oleh pimpinan tertinggi Gereja Katolik Paus Gelasius I sebagai ritual gereja menggantikan ritual Romawi Kuno yang sering disebut "Lupercalia", yaitu perayaan kesuburan untuk Dewa pertanian serta pendiri Romawi bernama Romulus dan Remus.

Seiring perkembangan zaman perayaan Valentine Day kemudian semakin jadi trend dan dirayakan setiap tahun pada tanggal 14 Februari. Salah satu tokoh yang dianggap berhasil menjadikan Valentine Day sangat komersial adalah Esther Howland (1850), putri pemilik toko alat tulis di Worcester di Massachussetts, dengan cara memproduksi kartu ucapan Valentine Day berisi puisi dan Bunga Mawar yang kemudian berkembang sebagai tradisi universal merayakan hari kasih sayang. Bahkan kini pemberian Coklat kepada orang yang dikasihi dianggap sebagai simbol ungkapan rasa kasih dan sayang.

REFLEKSI RELEVANSI VALENTINE DAY

Terlepas dari kontraversi tinjauan menerima atau menolak keberadaan Valentine Day, perayaan hari kasih sayang setiap 14 Februari sudah lajim dilakukan, terutama oleh kalangan orang muda yang sedang merajut ikatan cinta, bahkan orang yang sudah menikah juga lajim merayakan Valentine Day sebagai momen berharga mengungkapkan rasa kasih sayang kepada istri, anak, saudara maupun rekan terdekat.

Valentine Day sebagai sebuah perayaan yang sudah sering dilakukan setiap 14Februari layak dijadikan sebagai bahan permenungan untuk menelisik sejauh mana sebenarnya arti penting hari kasih sayang di aktualisasikan di tengah kehidupan umat manusia dewasa ini.

Kini kehidupan global ditandai oleh semakin eksisnya sistem perekonomian kapitalis, modal atau kapital merupakan ukuran utama dalam perekonomian yang sangat liberal, semua diserahkan kepada hukum mekanisme pasar, menganut idiologi Laissez faire (Bahasa Perancis, artinya "biarkan apa danya"), tidak boleh ada intervensi, dan biarkan Invisible Hand atau tangan-tangan tak kentara yang mempengaruhi.

Sistem tersebut menjadikan manusia semaki berkompetisi, bersaing satu sama lain, yang kuat akan unggul mengenyahkan yang lemah sehingga menjerumuskan umat manusia semakin individualis, dan terjadi pergeseran manusia semakin antroposentrisme dari sebelumnya teosentrisme, yang ditandai oleh manusia jadi titik acuan manusia, apapun dipertanyakan dari sudut pandang kepentingan manusia terutama kepentingan pribadi atau invidu.

Kini kita tengah hidup di zaman yang diberi lebel Modernitas sebagai lambang kemajuan rasionalitas, ilmu pengetahuan, teknologi, terutama teknologi digital yang tanpa disadari menjadikan manusia masuk ke dalam alam individualis, yaitu sebuah kepribadian yang berorientasi mementingkan diri sendiri, mempertahankan kebebasan diri sendiri, egois, tidak perduli terhadap sesama dan lingkungan.

Anak kandung yang lahir dari rahim individualistis ini adalah hilangnya kepedulian sosial atau solidaritas, manusia merasa lebih nyaman sendirian dan memilih sikap "SOLITER" (Pola hidup menyendiri, tidak berkelompok), kebalikan dari prinsif "SOLIDER" atau Solidaritas.

Pola hidup soliter merupakan salah satu indikator semakin menipisnya rasa empati atau kemampuan memproyeksikan diri kepada orang lain, kehilangan kemampuan memahami perasaan orang lain, dan lunturnya kemauan untuk mencintai serta mengungkapkan rasa kasih sayang.

Akhir-akhir ini jagad diskursus media sosial  maupun media mainstream dihebohkan oleh topik pembicaraan tentang "Childfree" dan "Sex Resetion" . Itu adalah sebuah idikator  menunjukkan semakin memudarnya kemampuan manusia untuk  saling mencintai, serta sebagia pertanda manusia modern semakin enggan memiliki anak, dan menipisnya kemampuan interaksi sosial dan interaksi antar personal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun