Mohon tunggu...
Daud Amarato D
Daud Amarato D Mohon Tunggu... Warga Belajar -

Aktif memotret berbagai fenomena sosial di lapangan. “Segala sesuatu ADA WAKTUNYA”

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Carut Marut Politik dan Valentine Day

14 Februari 2019   10:39 Diperbarui: 14 Februari 2019   10:55 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: kupubiru.wordpress.com

Berbagai isu politik yang terus mengemuka, mulai dari isu radikalisme vs Pancasila, campur tangan asing, hoax, berbalas puisi, dan lain-lain mengindikasikan bahwa dinamika politik di negeri masih terus memanas, bahkan carut-marut. Dinamika politik itu mestinya tidak perlu mengobok-obok hal yang sudah final, yakni Pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Kebhinekaan. Mengobok-obok empat pilar itu, selain terasa kurang elok, juga dapat mengganggu tatanan hidup berbangsa dan bernegara di negeri ini.

Di negara lain terutama negara-negara yang sudah maju, jarang ditemukan adanya perilaku berpolitik praktis yang menyentuh hal-hal final tentang tata hidup berbangsa dan bernegara. Mereka lebih menyoroti program pembangunan, kinerja dan kebijakan yang terkait dengan itu, ketimbang mempersoalkan hal-hal yang sudah final, apa lagi membuat hoax dan mengeksploitasi hal-hal privasi kandidat tertentu. Kedewasaan berpolitik di negeri ini masih terus berproses entah sampai kapan menjadi dewasa.

Terkait dengan fenomena di atas, ketika saya ikut nimbrung di sebuah warung kopi, ada hal yang menarik di sana. Di salah satu sudut ruang dalam warung kopi itu ada kelompok pelanggan yang ramai membahas berbagai isu-isu politik. Diskusi itu cenderung serius bahkan sedikit tegang akibat perbedaan pandangan politik dan perbedaan pilihan politik.

Sementara itu di sudut yang lain dalam warung kopi itu, ada sekelompok pelanggan yang sedang mempercakapkan hal-hal yang tidak terkait dengan politik. Mereka tidak tertarik dengan urusan politik praktis, apalagi carut marutnya. Tampaknya percakapan mereka lebih enjoy dan penuh canda tawa, seraya bercakap sekitar valentine day yang jatuh pada tanggal 14 Pebruari setiap tahun.

Kelompok ini tampak begitu bergairah mendiskusikan makna valentine day sebagai hari kasih sayang. Katanya di hari-hari lainnya mereka sangat sibuk dengan urusan masing-masing, kurang memberi perhatian terhadap sesama, sehingga mereka ingin merayakan valentine day dengan cara berbagi kasih berupa pemberian sembako kepada beberapa keluarga miskin sebagai wujud kasih sayang mereka kepada sesama.

Menurut kelompok ini valentine day merupakan suatu momentum yang dapat menyadarkan manusia tentang pentingnya kasih sayang yang nyata kepada sesama. 

Dari pancaran suasana kebathinannya, begitu terasa bahwa kelompok ini sangat enjoy menikmati hidupnya, serta berniat tulus untuk memberikan sesuatu yang nyata bagi kebaikan orang lain.

Dua fenomena dalam satu warung kopi ini, menghantar penulis untuk membayangkan bahwa secara umum demikianlah gambaran tentang kehidupan warga di negeri ini. 

Pada satu sisi ada sebagian warga sangat sibuk dengan urusan politik praktis, bahkan ada yang menjadikannya sebagai peluang untuk mencari nafka. Sementara itu sebagian warga yang lain lebih memberi perhatian terhadap hal-hal yang terkait langsung dengan kebutuhannya sehari-hari, serta membuatnya lebih enjoy ketimbang sibuk dengan carut marut politik.

Hal menarik dari dua fenomana di atas adalah bisakah keduanya disatukan dalam rasa, pikir, sikap dan tindak kita dalam hidup berbangsa dan bernegara? Maksudnya adalah urusan politik praktis didorong menjadi suatu hal yang menarik dan bisa dinikmati dalam suasana yang menyenangkan serta diwarnai dengan kasih sayang yang tulus.

Sepertinya hal itu hanya merupakan suatu mimpi yang akan sulit dibawa ke alam nyata. Dalam niat demikian, saya teringat dengan kata-kata bijak dari mantan guru saya bahwa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun