Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Kunjungi pula artikel saya di: (1) Kumpulan artikel ilmiah Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=aEd4_5kAAAAJ&hl=id (2) ResearchGate: https://www.researchgate.net/profile/Henderikus-Dasrimin (3)Blog Pendidikan: https://pedagogi-andragogi-pendidikan.blogspot.com/ (4) The Columnist: https://thecolumnist.id/penulis/dasrimin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Antara Manajemen Pendidikan dan Filsafat

12 September 2022   21:20 Diperbarui: 12 September 2022   21:26 1818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Filsafat (Sumber: Kompas.com)

 

Latar Belakang Filsafat Ilmu

Filsafat Ilmu merupakan bagian dari epistemology (filsafat tentang ilmu pengetahuan), yang mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan jenis pengetahuan yang memiliki ciri tertentu. Secara tekhnis, filsafat ilmu dibagi menjadi filsafat ilmu alam dan filsafat ilmu sosial. Pembagian harus dipahami dengan pembatasan masing- masing bidang yang ditelaah.

Filsafat ilmu secara sistematis dapat meletakkan dasar, dan memberikan arah bagi perkembangan ilmu maupun usaha ilmuwan untuk mengembangkan ilmu. Dengan mempelajari filsafat ilmu, maka proses pendidikan, pengajaran, dan penelitian dalam cang ilmu tertentu menjadi lebih mendalam.

Tujuan filsafat ilmu adalah 1. Memperdalam unsur pokok ilmu sehingga secara menyeluruh dapat dipahami sumber, hakikat, dan tujuan dari ilmu, 2. Memahami sejarah perkembangan serta kemajuan ilmu di berbagai bidang sehingga diperoleh gambaran proses penemuan keilmuan dari jaman Yunani kuno sampai postmodernisme; 3 Mempertegas sikap bahwa antara ilmu dan agama sesungguhnya tidak ada pertentangan.

Filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologis.

 Obyek Filsafat

Filsafat mempunyai dua objek kajian yaitu objek material dan objek formal.

a. Objek Material 

Obyek material adalah suatu kajian penelaahan atau pembentukan pengetahuan, yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin ada. Objek materiil filsafat ini mencakup hal-hal yang konkret maupun yang tidak konkret. Dengan demikian, Louis O. Kattsoff dalam Burhanuddian Salam (1988), menyatakan bahwa lapangan kerja filsafat itu sangat luas, yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu apa saja yang ingin diketahui manusia. Begitu luasnya kajian atau objek filsafat ini menyangkut hal-hal yang tampak fisik maupun psikis.

Hal-hal fisik adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun yang dalam kemungkinan. Hal fisik juga meliputi alam semesta, semua keberadaan, masalah hidup, dan masalah manusia. Sedangkan hal-hal yang psikis atau non fisik adalah hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan, kepercayaan, norma-norma, nilai, iman dan lain-lain.

b. Objek Formal Filsafat

Obyek formal filsafat merupakan usaha mencari keterangan secara radika tentang obyek material filsafat (segala sesuatu yang dipersoalkan filsafat). Menurut Lasiyo dan Yuwono (1985), objek formal filsafat adalah sudut pandang menyeluruh, yang secara umum dapat mencapai hakikat dan objek materiilnya. Jadi objek formal filsafat membahas objek materiilnya sampai ke hakikat atau esensi dari yang dibahasnya.

Pentingnya para ilmuwan dalam menguasai cara berpikir filosofis

Para ilmuwan dituntut untuk memili kerangka berpikir filosofis. Dapat dikatakan bahwa seseorang tidak akan mengetahui sesuatu hal tanpa menggunkan filsafat dan tidak akan menguatkan pada ilmunya.

Dengan berpikir filsosofis, seorang ilmuwan dapat menjadi manusia yang utuh, yakni yang mampu berpikir mendalam, rasional, komunikatif. Ia akan memiliki pengetahuan yang luas dan logis, karena salah satu tugas filsafat merupakan usaha akal manusia yang teratur dan taat asas menuju penemuan keterangan tentang pengetahuan yang benar.

Seorang ilmuwan, dalam menemukan kebenaran ilmiah, khususnya dalam konteks bidang manajemen pendidikan, kemampuan berpikir filosofis merupakan tuntutan yang sangat fundamental. Mampu berpikir filosofis berarti mampu berpikir logis, yang merupakan hukum untuk berpikir. Proses berpikir filosofis yang dilakukan secara sistematis mengikuti prinsip-prinsip atau kaidah logika yang benar dapat menghasilkan pengetahuan secara tepat.

Seorang ilmuwan, dalam menemukan kebenaran ilmiah, khususnya dalam bidang manajemen pendidikan, harus mampu berpikir filosofis agar mampu berpikir kritis, memiliki pengertian yang melibatkan akal budi dari pengamatan indrawi dan media lain berdasarkan hakikatnya. Dengan demikian dapat memberikan keputusan yang pada akhirnya dituturkan dalam penemuan teori yang dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia.

Pengembangan Keilmuan Manajemen Pendidikan Sebagai Sebuah Disiplin Ilmu

Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat dan merupakan bagian dari epistemologi, yakni filsafat tentang ilmu pengetahuan. Epistemologi membahas secara mendalam seluruh proses yang terlibat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan. Setiap kegiatan untuk mencari pengetahuan tentang apapun sah disebut sebagai keilmuan, jika hal itu terbatas pada objek empiris dan pengetahuan tersebut diperoleh dengan menggunakan metode keilmuan (Rosenberg, Alex. 2005. Philosophy of Science. New York: Routledge).

Filsafat ilmu itu sendiri secara umum dibagi menjadi dua, yakni filsafat ilmu alam dan filsafat ilmu sosial. Filsafat ilmu alam fokus pada realita alam, dan bagaimana cara mengungkapkannya. Sedangkan filsafat ilmu sosial fokus pada manusia yang memiliki potensi sebagai pengembangan/penemu pengetahuan baru. Meskipun demikian, keduanya memiliki kesamaan metodologis dalam proses pengembangan dan penemuan pengetahuan baru tersebut.

Universitas di Indonesia membaginya menjadi 4 bidang ilmu yakni ilmu agama, ilmu kebudayaan, ilmu sosial dan ilmu eksata. Sedangkan Universitas di US membaginya hanya dalam tiga bidang ilmu yakni natural sciences, sosial sciences, dan humanities. Jika kita mau menelusuri kedudukan Manajemen Pendidikan dalam pengembangan keilmuan maka sebenarnya Manajemen Pendidikan atau Administrasi Pendidikan merupakan bagian dari administrasi negara. 

Administrasi Negara, bersama dengan Administrasi Privat dan Niaga merupakan cabang dari Ilmu Administrasi. Ilmu Administrasi, tidak lain adalah cabang dari Ilmu Sosial. Sedangkan Ilmu sosial sendiri merupakan bagian dari cabang Filsafat.

Oleh karena itu, Manajemen Pendidikan tidak lepas lepas dari filsafat itu sendiri. Landasan nalar filsafat memberikan keteguhan dan kekukuhan bahwa manusia dapat memperoleh kebenaran dan pengetahuan. Dengan memiliki kajian filsafat yang kokoh maka pandangan dunia dan ideologi, serta agama yang dianut pun akan memiliki kekokohan dan keutuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun