Pada 2000, Arafat dan Perdana Menteri Israel, Ehud Barak bertemu di Kamp David AS untuk menyepakati perjanjian damai final.
Akan tetapi, pertemuan tersebut tidak menemui kesepakatan. Imbasnya, pada September 2000, perjuangan intifadah dan pertempuran kedua meletus.
Arafat kembali terisolasi. Pada akhir hayat hidupnya, tokoh kontroversial Palestina ini diisolasi oleh Israel di Ramallah, Tepi Barat karena dianggap memprovokasi teror.
Sebelumnya pada 10 November 2004, delegasi Palestina diizinkan membesuk, tetapi hanya Perdana Menteri Ahmed Qureia yang masuk ruang Arafat. Qureia menangis. Menteri Luar Negeri Palestina Nabil Shaath mengumumkan kondisi Arafat yang masih hidup walaupun sakit parah.
Arafat yang dalam keadaan koma, waktu itu ditopang dengan alat bantu pernafasan dan suplai makanan. Peralatannya masih tetap ada di tempatnya, beliau juga dihubungi dengan peralatan monitoring. Yang jelas tidak ada gejala penyakit berbahaya atau kanker.
Keracunan, inilah gejala yang ditemukan di tubuh Yasser Arafat berusia 75 tahun itu. Ia selama tiga setengah tahun terakhir terkurung di sebuah kantor yang sangat sempit, yang punya sedikit sekali oksigen dengan kondisi dikepung tentara Israel. Tetapi ada yang berpendapat, ia diracun oleh Israel.
Pada waktu ini semua sumber berita bernada sama. Menggambarkan betapa sulitnya mendeklarasikan sebuah Negara Palestina Merdeka. Meski istilah seperti negara merdeka diterapkan Yasser Arafat secara "de facto".
Ia sebagai Presiden Palestina. Ada menteri-menteri dan bahkan ada Duta Besar Palestina di hampir semua negara, termasuk di Indonesia. Tetapi secara hukum internasional, belum lagi secara "de jure " hingga hari ini.
Saya masih ingat pernyataan Menteri Luar Negeri Indonesia Mochtar Kusumaatmadja kepada wartawan di Kementerian Luar Negeri. Waktu Yasser Arafat bertemu Presiden Soeharto di Istana Negara, Menlu Mochtar Kusumaatmadja turut mendampingi.
Mochtar mengatakan untuk diresmikannya sebuah Kedutaan Besar Palestina di Jakarta, maka Yasser Arafat sedikit agak keras. Tangannya ada di sarung pistol kecilnya.
Meski ini informasi rahasia, tetapi menurut saya, perlu juga diungkap, agar bangsa Indonesia tahu, betapa seorang Yasser Arafat sangat keras dalam memperjuangkan masa depan bangsa Palestina agar bisa merdeka, baik secara "de facto," maupun "de jure."