Letnan Kolonel Ahmad Husein, di dalam tulisan ingin membuktikan, bahwa PRRI itu bukan pemberontak. Kalau kita berbicara fakta, memang membuktikan, bahwa Ahmad Husein dan beberapa rekannya tidak bisa dikatakan pemberontak.
Hal ini berlaku pula terhadap Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo (ayah Prabowo) yang waktu itu Menteri Perhubungan dan Pelayaran PRRI. Di masa Pemerintahan Soeharto, ayah Prabowo diangkat sebagai menteri. Oleh karena itu tidak ada masalah dengan masa lalu PRRI.
Berikutnya adalah Data Sekunder, di mana Kolonel Maludin Simbolon, di masa Soeharto tidak lagi di karantina. Ia dibebaskan. Kalaulah kita harus membalik sejarah ke belakang, saat Kolonel Maludin Simbolon jadi Menteri Luar Negeri PRRI.
Ia yang menolak keras ide agen rahasia Amerika Serikat CIA (Central Intelligence Agency) agar PRRI mau meledakkan minyak Caltex di Riau. Jika diledakkan ada alasan CIA masuk ke Indonesia, karena kepentingannya di Indonesia diganggu.
Tentang minyak Caltex ini diungkap jelas dalam buku: Payung Bangun:" Kolonel Maludin Simbolon Liku-Liku Perjuangan dalam Pembangunan Bangsa."(Jakarta:Pustaka Sinar hal.256-257 : "Informasi jawaban mengenai misi CIA diperolehnya dari seorang anggota CIA yang datang ke Padang.
Kemudian orang itu mengatakan, bahwa pemberian bantuan persenjataan dalam rangka menjamin adanya daerah 'de facto' PRRI. Amerika memerlukan untuk dapat dijadikan alasan pengakuan sebagai suatu pemerintahan dan dengan demikian mempunyai dasar keabsahan yang kuat bagi jalinan hubungan, sekaligus dapat pula menjadi basis operasi militernya bila diperlukan dalam rangka membendung perluasan kekuatan komunis ke kawasan itu.
Lalu orang tersebut pernah menyarankan agar Kolonel Maludin Simbolon memerintahkan meledakkan instalasi tambang minyak Caltex di Riau.
Sebagai seorang petugas negara dan sebagai TNI sejati yang ingin bertanggung-jawab bersama masyarakat dalam rangka usaha untuk menyelamatkan nusa dan bangsa," ujar Ahmad Husein.
Ahmad Husein melanjutkan bahwa ia tidak dapat mengesampingkan fakta-fakta yang tumbuh dan hidup di sekelilingnya. Latar belakangnya sumber pada pengalaman pahit selama sebelas tahun dalam melaksanakan apa yang dinamakan demokrasi.
Penyalahgunaan demokrasi yang meningkat kepada "politieke verwording" dan "verwording van het partijwezen" yang memang diberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang oleh sistem-sistem sentralisme.