Situasi di Afghanistan belum bisa dikatakan tenang. Negara itu terus bergolak. Sewaktu-waktu bisa saja bom mobil meledak di sana. Tentara Afghanistan dan rakyat sipil ikut jadi korban.
Sekarang yang memerintah Afghanistan adalah Presiden Ashraf Ghani Ahmadzai atau lebih dikenal dengan sapaan Ashraf Ghani. Ia adalah presiden ke-13 dan mantan kandidat Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB.
Ketika Sekjen PBB dijabat oleh Ban Ki-moon dari Korea Selatan, sebelumnya Ashraf Ghani ikut mencalonkan diri menjadi Sekjen PBB. Dalam pemilih umum Afghanistan tahun 2014, namuada tahun 2014, Ashraf menjadi presiden Afganistan menggantikan Hamid Karzai.
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di masa Presiden Afghanistan memerintah berkunjung ke Afghanistan, yaitu pada 29 Januari 2018. Meski hanya sehari, Jokowi merasakan kunjungan itu bersejarah, karena ia adalah Presiden RI kedua berkunjung ke negara itu setelahPernyataan Jokowi bukan tanpa dkunjungan kenegaraan, adalah Presiden Soekarno pada 1961.
Langkah Jokowi diikuti Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) berkunjung ke Afghanistan. Dalam hal perdamaian di Afghanistan, JK mengungkap rencana mengadakan pertemuan perdamaian trilateral yang melibatkan Pakistan, Afghanistan, dan Taliban.
Konflik internal berkepanjangan, stabilitas politik dan keamanan memang mempengaruhi Afghanistan. Kondisi rentan ini diperparah dengan kemunculan kelompok bersenjata dan teroris yang memanfaatkan keadaan seperti kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah ISIS dan Al Qaeda.
Salah satu kelompok yang masih menjadi ancaman Afghanistan adalah Taliban. Kelompok tersebut hingga kini masih menguasai sejumlah wilayah. Sejak awal 2017 lalu Taliban kerap meluncurkan serangan terornya.
Hari ini, Selasa, 18 Juni 2019, "Voice of America," menginformasikan bahwa Indonesia telah menegaskan komitmen untuk ikut mewujudkan perdamaian dan stabilitas di Afghanistan, salah satunya lewat diplomasi Islam Nusantara yang diwujudkan oleh Nadhlatul Ulama."
Lewat konsep Islam Nusantara, yang merupakan pengejawantahan praktik Islam yang moderat, toleran dan tidak menggunakan kekerasan itu, pada Juni 2014 dibentuklah "NU-Afghanistan."
Beragam upaya telah dilakukan untuk menyudahi konflik selama hampir 18 tahun di Afghanistan, baik lewat perundingan sebagaimana yang didorong oleh Utusan Khusus Amerika untuk Rekonsiliasi Afghanistan Zalmay Khalilzad; maupun jalur lain seperti pendidikan dan gerakan people-to-people yang digagas NU-Afghanistan.
Sekarang memang pengaruh Amerika Serikat (AS) sangat besar di Afghanistan. AS pernah bergabung dengan Taliban ketika kelompok ini menguasai sebagian besar daerah di Afghanistan. Kemudian memisahkan diri. Bagaimanapun perlu dicatat pengaruh Rusia sangat kuat di wilayah tersebut. Waktu bernama Uni Soviet pernah menduduki Afghanistan selama 10 tahun.