Hari Senin, 13 November 2017, saya menghadiri diskusi tentang kajian untuk mendirikan museum perminyakan dan museum Perang Dunia II di Tarakan, Kalimantan Utara. Tarakan juga dikenal sebagai kota terkaya ke-17 di Indonesia.
Diperlihatkan di depan para peserta seminar, bangunan museum yang sudah selesai. Jadi, kami hanya banyak berdiskusi tentang isi museum. Ada dua museum yang berdiri berdampingan, pertama, Museum Perminyakan. Kedua, Museum Perang Dunia II. Semoga museum ini bisa cepat terwujud.
Menurut sumber wikipedian, pada tahun 1896, ketenangan masyarakat setempat agak terganggu ketikasebuah perusahaan perminyakan Belanda, BPM (Bataavishe Petroleum Maatchapij) menemukan adanya sumber minyak di pulau ini. Banyak tenaga kerja didatangkan terutama dari Pulau Jawa seiring dengan meningkatnya kegiatan pengeboran.
Mengingat fungsi dan perkembangan wilayah ini, pada tahun 1923 PemerintahHindia Belanda merasa perlu untuk menempatkan seorang Asisten Residen di pulau ini yang membawahi 5 (lima) wilayah, yakni: Tanjung Selor, Tarakan, Malinau, Apau Kayan dan Berau. Namun pada masa pasca kemerdekaan, Pemerintah RI merasa perlu untuk mengubah status kewedanan Tarakan menjadi Kecamatan Tarakan sesuai dengan Keppress RI No. 22 Tahun 1963.
Pada saat pendaratan Sekutu, angkatan Jepang di Tarakan berjumlah 2.200 orang yang didatangkan dari Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dan Angkatan Lautnya.Satuan terbesar adalah Batalion Infantri Independen ke-455 yang berkekuatan 740 orang yang dikomandoi oleh Mayor Tadai Tokoi. Seratus lima puluh pasukan pendukung AD juga ada di Tarakan.
Sumbangan AL kepada garnisun Tarakan tersusun atas 980 pelaut yang dikomandoi oleh Komandan Kaoru Kaharu. Satuan laut utama adalah Angkatan Garnisun Laut ke-2 yang berkekuatan 600 orang. Satuan laut ini dilatih bertempur sebagai infantri dan mengoperasikan beberapa senapan pertahanan pesisir.
Tidak ketinggalan tiga ratus lima puluh pekerja minyak sipil Jepang juga diharapkan bertempur pada saat serangan Sekutu. Angkatan Jepang termasuk sekitar 50 orang Indonesia yang berdinas di satuan pengawal pusat. Mayor Tokoi mengarahkan keseluruhan pertahanan Tarakan, meskipun hubungan antara AL dan AD buruk.
Angkatan Jepang dipusatkan di sekitar Lingkas, pelabuhan utama Tarakan dan tempat satu-satunya pantai yang cocok untuk pendaratan pasukan.Pembela itu telah menghabiskan waktu beberapa bulan sebelum serangan yang menyusun posisi bertahan dan menanam ranjau.
Pertahanan yang diatur itu banyak dipakai selama pertempuran, dengan taktik Jepang yang difokuskan pada posisi bertahan pra-persiapan yang kuat. Jepang tak melakukan kontra-serangan besar apapun, dan kebanyakan gerakan menyerang terbatas pada beberapa pihak penyerang yang mencoba menyelusup garis Australia.
Mendapatkan ladang minyak Tarakan adalah satu tujuan awal Jepang selama Perang Padifik . Jepang menyerang Tarakan pada tanggal 11 Januari 1942 dan mengalahkan garnisun Belandan yang kecil dalam pertempuran yang berlangsung selama dua hari.
Semua peristiwa ini, nantinya akan tergambar di Museum Perang Dunia II. Oleh karena itu, letak dan posisi yang strategis telah mampu menjadikan kecamatan Tarakan sebagai salah satu sentra industri di wilayah Provinsi Kalimantan Timur bagian utara, sehingga pemerintah perlu untuk meningkatkan statusnya menjadi Kota Administratif sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1981.