Akhir-akhir ini, banyak berita mengenai penemuan hewan-hewan invasi yang bukan asli Indonesia, salah satu contohnya adalah ikan Arapaima. Salah satu berita yang viral adalah munculnya ikan Arapaima tersebut secara mendadak setelah banjir bandang Sungai Cipeujeuh di Kabupaten Garut. Kemunculan ikan ini terjadi juga di daerah Tangerang yang mengejutkan warga sekitarnya.
Ikan Arapaima tersebut termasuk jenis ikan Arapaima gigas. Ikan arapaima, pirarucu atau disebut juga dengan paiche merupakan ikan Arapaiminae bukan ikan asli Indonesia tetapi berasal dari benua Amerika Selatan, tepatnya dari Sungai Amazon.Â
Ikan tersebut merupakan salah satu ikan air tawar terbesar di dunia dengan panjang yang dapat mencapai 4,5 meter dan berat 200 kilogram. Ikan tersebut juga terkenal dengan mulut besarnya yang mampu menelan mangsa berukuran besar secara utuh. Ikan ni juga memiliki kulit tebal yang berfungsi untuk melindungi dirinya dari serangan ikan-ikan piranha yang juga tinggal di Sungai Amazon.
Ikan tersebut dimiliki tanpa izin oleh seorang warga Garut yang dipelihara dalam kolam yang tersapu saat banjir bandang terjadi. Kepemilikan hewan invasif atau berbahaya sudah diatur oleh Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 19/permen KP/2020, pemerintah telah melarang pemasukan, pemeliharaan dan pengeluaran jenis ikan yang mampu membahayakan atau merugikan pengelolaan perikanan di wilayah negara Indonesia.Â
Peraturan ini melarang ikan-ikan invasif yang berbahaya dibawa ke dalam wilayah Indonesia. Banyak orang yang mempertanyakan bagaimana warga Garut tersebut dapat membawa dan memelihara ikan Arapaima.Â
Secara wujud, ikan Arapaima tersebut tidak terlihat sebagai ikan yang berbahaya. Tetapi fakta di lapangan, ikan tersebut mampu menjadi predator utama dalam sebuah ekosistem, ikan tersebut memangsa banyak ikan-ikan kecil dan biota perairan lainnya seperti krustasea, moluska, reptil lainnya yang kecil, burung air, sampai dengan mamalia yang lebih kecil sehingga ikan tersebut dinyatakan dilarang di Indonesia.Â
Ikan tersebut memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik dan mampu bertahan dalam kondisi lingkungan yang kurang mendukung misalnya ikan tersebut akan menghirup udara langsung dari atmosfer walaupun kadar oksigen di lingkungan habitat sekitarnya menurun. ikan ini pun dapat melakukan hibernasi selama musim kering sampai perairan di habitatnya kembali normal saat musim hujan.Â
Dikarenakan faktor - faktor diatas, rantai makanan di sebuah ekosistem akan terganggu disebabkan oleh predator tersebut. Kondisi ini dapat menyebabkan berkurangnya dan juga bertambahnya populasi spesies-spesies ikan serta biota air tawar lainnya yang berada di bawahnya dalam rantai makanan tersebut.Â
Keberadaan ikan tersebut sangat meresahkan nelayan karena sulit dimusnahkan sebab memiliki sisik yang tebal. Metode-metode yang paling sering dilakukan di Amerika adalah untuk membunuhnya adalah dengan menggunakan bom.Â
Namun, metode tersebut juga sangat berbahaya dan berdampak buruk bagi ekosistem air tawar karena mampu membunuh biota-biota lainnya sekitar jangkauan pemboman tersebut.Â
Metode pembasmian tersebut juga dapat mengeluarkan bahan-bahan kimia yang berbahaya ke dalam badan air tersebut sehingga membahayakan ikan dan biota-biota air tawar tersebut.
Untuk menghindari memburuk situasi kedepannya, solusi yang dapat saya ajukan adalah agar pemerintah memperketat pengawasan dan pemberian hukuman yang lebih tegas untuk kepemilikan hewan - hewan bahaya dilakukan tanpa izin.Â
Selain itu, untuk menghindari invasi spesies-spesies lainnya, baik pihak pemerintah atau warga Indonesia dapat mengedukasi sesama agar kesadaran atas bahaya invasi spesies yang asalnya tidak terdapat di Indonesia dan juga dampak yang dapat muncul dengan membawa dan memperkenalkannya ke dalam lingkungan dan rantai makanan wilayah-wilayah Indonesia.Â
Bagi ikan - ikan Arapaima yang telah masuk ke wilayah Indonesia, hal yang dapat dilakukan adalah untuk memindahkan ikan tersebut ke habitat yang terisolasi dari ikan-ikan lain ataupun memasukinya ke dalam situs konservasi agar dapat dilindungi tanpa merusak rantai makanan sebuah ekosistem.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI