Tulisan edisi lalu penulis sampaikan tentang Jejak Adiluhung berupa Adi karya, local wisdom dan tatanan kehidupan yang harmoni di Nusantara sebagai warisan Ajaran Nabi dan Rasul yang diutus untuk menata kehidupan di Jawa oleh Allah SWT, sebagai mana firman Allah sendiri yang menyatakan di setiap umat di urus Rasul dan Rasul berbicara dengan bahasa kaumnya, sudah barang tentu Nabi dan Rasul yang diutus di Jawa menggunakan bahasa Jawa Sesuai zamannya.
Al Qur'an juga mengatakan bahwa ada nabi dan rasul yang diceritakan dalam Al Qur an dan ada yang tidak diceritakan. Dari sejumlah nabi dan rasul yang diceritakan kisahnya dalam al Quran, beberapa nabi dan rasul dimungkinkan diturnkan di nusantaraa terutama jawa, diantaranya yang kini sedang hangat dibicarakan adalah Nabi Slaiman AS, yang dalam kisahnya "menaklukan" penguasa negeri Saba, Ratu Bilqist.
Secara epistimologi  Bilqist tersusun dari harf jar BI yang biasa menunjukan cara seperti pada Bilhikmah (dengan bijak) , sedang  Al-Qist adalah perbuatan yang dilakukan apa adanya, sesuai kadar, takaran dan timbangan, makna al-qist ini dapat dijumpai dalam ayat yang berbicara tentang keharusan memenuhi timbangan (al-wazn) dan takaran (al-kayl) dengan sempurna, apa adanya, tidak mengurangi dan melebihkan dalam transaksi jual beli, memberikan sesuatu kepada anak yatim secara setara (al-qist), bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dengan al-qist (apa adanya, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah).
Dengan pengertian di atas, BIlqist berarti dengan cara apa adanya Natural, sedang Ratu BIlqist berarti Raja Wanita yang memimpin apa adanya, terbuka sempurna ada blaka suta, secara adaptif bisa dikatakan sebagai Ratu Blaka. Apa adanya bisa dikonfirmasi dengan apa yang digambarkan ketika sang ratu melihat lantai yang terbuat dari kaca disangka air, dia secara blaka suta mengangkat (menyingsingkan) kainnya padahal di sekitarnya terdapat banyak lelaki termasuk Nabi Sulaiman (Su Liman)
Ratu Bilqist atau ratu Blaka Suta (Orang Jawa sering memudahkan penyebutan menjadi Ratu Baka (ratu Boko) yang jejaknya ditemukan di Istana Ratu Boko Yogyakarta dan Jejak Nabi Sulaiman yang terbaca di relief Candi Borobudur memperkuat dugaan bahwa keduanya adalah raja raja Jawa, dengan istilah sebagai Negeri Saba (Sabakerta).
Nama Sulaiman sendiri sangat dimungkinkan dari bahasa Jawa, atau nama Jawa yang terdiri dari dua suku kata yaitu Su berarti baik atau kebaikan dan Liman berarti yang lima. Gabungan kata itu berarti Lima yang baik atau Lima kebaikan yang merujuk kepada rukun Islam. Hal ini wajar, karena nama agama tauhid sejak nabi Adam memang disebut sebagai Al Islam.
Memahami nama nama BIlqist atau Blaka atau Baqa dan Sulaiman sebagai raja raja Jawa secara epistikology memperkuat bukti bukti Fisik yang telah diketemukan baik berupa lempengan emas, Borobudur sebagai Istana Nabi Sulaiman maupun dugaan lokasi Negeri Saba dengan karakteristik alamnya. Untuk menguatkan bukti yang ada, maka bukti umur batuan melalui uji karbon (C) perlu dilakukan.
Yang jelas, nampaknya Allah SWT mengutus nabi dan Rasul yang juga mengelala umat dan segala sumberdayanya dengan tepat. King Solomon yang dianugerahi berbagai kemampuan, diversitas kompetensi, sangat tepat mengelola negeri megabiodiversitas, dengana demikian sangat mungkin King Solomon , Ngarsa Dalem Su Liman, yang menyebarkan lima kebaikan adalah Raja Jawa.Â