Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Politik

Esensi Pidato Anies Baswedan: Membumikan Pancasila

20 Oktober 2017   07:03 Diperbarui: 21 Oktober 2017   05:43 1343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Satu kata yang menjadi viral dari serangkaian pidato yang indah, bernas, lugas dan beradab dari pidato pelantikan Gubernur Anies Baswedan adalah kata Pribumi. Bagi masyarakat yang dapat mencernanya dengan teliti, maka penggunaan kata pribumi dalam kontek memaparkan sejarah perjuangan Jakarta tidaklah menjadi masalah. Namun bagi kelompok tertentu terdapatnya kata itu dalam pidato Abies Baswedan menjadi alasan bagi mereka untuk mempolisikannya. 

Untuk lebih bijak mengambil sikap, mari kita cermati penempatan kati itu dalam konteknya pada pidato Anies Baswedan : 

" Jakarta ini satu dari sedikit kota di Indonesia yang merasakan kolonialisme dari dekat, penjajahan di depan mata, selama ratusan tahun. Di tempat lain mungkin penjajahan terasa jauh tapi di Jakarta bagi orang Jakarta yang namanya kolonialisme itu di depan mata. Dirasakan sehari hari. Karena itu bila kita merdeka maka janji janji itu harus terlunaskan bagi warga Jakarta.

Dulu kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan. Kini telah merdeka, kini saatnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Jangan sampai Jakarta ini seperti yang dituliskan pepatah Madura. Itik telor, ayam singerimi. Itik yang bertelor, ayam yang mengerami.

Kita yang bekerja keras untuk merebut kemerdekaan. Kita yang bekerja keras untuk mengusir kolonialisme. Kita semua harus merasakan manfaat kemerdekaan di ibu kota ini. Dan kita menginginkan Jakarta bisa menjadi layaknya sebuah arena aplikasi Pancasila. "

Dalam penilaian penulis, penggunaan kata pribumi di atas dalam konteks yang tepat, untuk mewakili "kata inlander" yang digunakan kaum kolonial, pendatang yang menjajah dan menabur kesengsaraan bagi penduduk Jakarta. 

Secara keseluruhan, penulis menilai, bahwa esensi dari pidato Gubernur Anies Baswedan pada pelantikan tanggal 16 Oktober 2017 adalah membumikan pancasila, dalam kalimat Pak gubernur sebagai "Sebuah arena aplikasi Pancasila". Membumikan Pancadila itu harus diawaki dari suasana berketuhanan, yang dyakini sevagai sumber untuk menjalanian sila sila lainnya.  Disinilah poin pembeda dari seoeang pancasilais religius, Anies Baswedan dengan mereka yang berkoar koar tentang pancasila namun menjalankan ajaran agamanya saja tidak, bahkan mencoba mencampur adukan ajaran agamanya. 


Disamping pengejawantahkan pancasila, dalam pidato itu terungkap jelas bagaiman upaya yang harus dilakukan untuk cita cita mulia menegakkan NKRI dengan pancasilanya itu, Anies mengedepankan ermagat gotong royong sebagai karakter bagsa Indonesia. Upaya untuk apa yang disebut oleh Anies Baswedan sebagai "Merajut Tenun Kebangsaan", melalui jiwa "Bhineka Tunggal ika" dicerminkan dari serangkaian local wisdom, kalimat bijak dari berbagai daerah. berikut beberapa kalimat bijak yang menghiasi Pidato Pelantikan Gubernur Anies baswedan 

1. Dari Batak : Holong manjalak holong, holong manjalak domu. yang maksudnya kurang lebih  kasih sayang mencari kasih sayang, kasih sayang menciptakan persatuan.

2. Madura : Madura. Itik telor, ayam singerimi. Itik yang bertelor, ayam yang mengerami. Untuk menggmabarkan yang bekerja keras  harus merasakan manfaat kemerdekaan di ibu kota ini.

3. Aceh : 'Cilaka rumah tanpa atap, cilaka kampung tanpa guyub'.  terkait pentingnya persatuan dan keguyuban yang harus kita perjuangkan.

4.  Banjar dikatakan 'Salapik sakaguringan, sabantal sakalang gulu' satu tikar tempat tidur, satu bantal penyangga leher. Kiasan ini bermakna hubungan yang erat antar elemen masyarakat. Saling setia dan saling mendukung satu sama lain.

5. Minahasa  'Si tou timou tumou tou'. Manusia hidup untuk menghidupi orang lain.

6. Minang: Tuah Sakato, yang dimaksuda bahwa dalam kesepakatan berdasar musyawarah terdapat tuah kebermanfaatan.

Rangkaian pidato itu sendiri diahiri dengan ungkapan dalam budaya Melayu/Jakarta melalui dua bait pantun :

Bekerja giat di Kali Anyar
Mencuci mata di Kampung Rawa
Luruskan niat teguhkan ikhtiar
Bangun Jakarta bahagiakan warganya

Cuaca hangat di Ciracas
Tidur pulas di Pondok Indah
Mari berkeringat bekerja keras
Tulus ikhlas tunaikan amanah

Membaca uraian di atas, penulis menilai bahwa pidato Pelantikan Anies Baswedan berusaha untuk membumikan pancasila, bhineka tunggal ika, gotong royong, yang sesuai nilai-nilai yang berkembang di masyarakat, bukan hanya masyarakat Betawi, tetapi dari berbagai suku bangsa di Indonesia. Hal ini penulis pahami karena Gubernur Anies Baswedan sangat memahami karakteristik sebagai Ibu Kota NKRI yang didalamnya hidup beragam suku bangsa. Namun Anies Basweda juga menyadari bahwa bagaimanapun Jakarta dibangn oleh Fatahilah tidak lepas dari spirit keagamaannya, nilai-nilai berketuhanan cap yang dilontarkan oleh kelompok yang mengecam pidato Anies Baswedan melalui sosial media yang menyatakan Anies sebagai "Gubernur X" (kelompok tertententu). 

Sangat tidak logis seorang gubernur yang berupaya merangkul semua golongan masyarakat Jakarta dipolisikan dengan tuntutan rasialis, menyebar SARA dll. Kutu di kepala kalian pun kagak bakalan percaya, iya belih Son ? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun